3 Alasan Mengapa Anak Termasuk Kelompok Rentan Terdampak Polusi Udara

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak bermain di kolong meja. Foto: Freepik.com

Ilustrasi anak bermain di kolong meja. Foto: Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Berdasarkan data yang diambil dari lebih dari 120 sensor udara Nafas Indonesia, aplikasi kualitas udara, yang tersebar di wilayah Jabodetabek, tingkat PM2.5, polutan yang berukuran 2,5 mikro, telah jauh melampaui ambang batas panduan dari World Health Organization (WHO) hingga 11 kali lipat. Dan, riset dari Nafas Indonesia menunjukkan bahwa hampir 100 persen polusi udara luar ruangan tersebut bisa masuk ke dalam ruangan. Tentunya, kondisi ini berisiko bagi kita semua, termasuk anak.

Pertama-tama kita ketahui dulu mengapa PM2.5 berbahaya? Dokter Farhan Zubedi mengatakan bahwa sekalipun kita memakai masker N95, polutan tersebut masih bisa masuk lewat celah masker yang benar-benar rapat.

"Efek PM2.5 (terhadap kesehatan tubuh) banyak terutama di pernapasan. Contohnya, infeksi saluran pernapasan atas. Dan, ini terjadi tidak dalam waktu yang cepat. Jika tidak ada riwayat penyakit pernapasan, panjang prosesnya, bisa puluhan tahun," kata dr. Farhan Zubedi di acara peluncuran Clean Air Zone Nafas Indonesia bersama Mighty Minds Preschool di Jakarta, pada Rabu, 1 Maret 2023.

"(lain ceritanya) jika yang terpapar (PM2.5) orang yang punya riwayat asma, itu bisa ke trigger (terpicu). Ketika dia menghirup polutan, itu bisa sesak napas," tambahnya.

Bukan cuma itu dampak polutan PM2.5, ADHD, flu hingga obesitas juga termasuk sederet efek paparannya terhadap anak.

Dan, ini lebih berbahaya bagi kelompok rentan, yakni  orang-orang yang punya riwayat penyakit pernapasan sebelumnya, orang tua di atas 64 tahun, dan anak-anak.

(dari kiri) dr. Farhan Zubedi, Co-Founder dan Chief Growth Officer Nafas Indonesia Piotr Jakubowski, Fenny Suryanto, dan Nathan Roestandy di konferensi pers peluncuran Clean Air Zone bersama Mighty Minds Preschool di Jakarta Selatan, pada Rabu, 1 Maret 2023. Foto: Dok. Maverick

Alasan Anak Termasuk Kelompok Rentan

Bicara soal anak, mengapa mereka termasuk kelompok rentan? Alasan pertama yang dipaparkan oleh dokter Farhan adalah organ tubuh mereka masih berkembang seperti otak, paru-paru, dan jantung. Paparan polutan tersebut bisa berdampak buruk terhadap tumbuh kembang si kecil.

Alasan kedua adalah anak-anak menghirup udara dua kali lebih banyak dari orang dewasa, terutama dari mulut. Otomatis semakin besar peluang terhirupnya PM2.5 yang ada di udara.

Alasan ketiga adalah anak-anak lebih dekat ke permukaan bawah.

"Karena polutan-polutan ini, seperti PM2.5 walaupun mereka berada di udara, pada akhirnya bisa jatuh ke bawah. Jadi, anak-anak lebih kecil jadi mereka bisa menghirup udara di permukaan, di mana polutan tersebut juga ada di bawah," jelas dr. Farhan.

Tindakan Preventif

Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah anak semakin terpapar beragam polutan, termasuk PM2.5. Penggunaan air purifier dengan hepa filter salah satunya untuk membersihkan udara di dalam ruangan. Selain itu, dokter Farhan mengimbau bagi orang tua yang merokok tidak merokok di dalam rumah.

Selanjutnya, memperhatikan proses memasak yang ternyata bisa memengaruhi kualitas udara di dalam ruangan. "Memasak disarankan pakai kompor listrik. Atau jika memasak yang banyak asapnya, pastikan ventilasi cukup agar asap tidak ada di dalam ruangan (buka jendela atau hidupkan exhaust fan), dan anak-anak tidak berada di sekitar kita saat memasak," imbuhnya.

Langkah selanjutnya, mengecek kualitas udara saat ingin membawa anak keluar rumah. Sebisa mungkin meminimilkan membawa anak ke tempat yang banyak asap kendaraan.

Pilihan Editor: 12 Cara Melindungi Anak dari Bahaya Polusi Udara

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."