Dampak Kebiasaan Melewatkan Sarapan pada Psikologis Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak sarapan (pixabay.com)

Ilustrasi anak sarapan (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tak hanya pengaruhi kesehatan, kebiasaan melewatkan sarapan dapat berdampak pada psikologis anak. Apa saja contohnya? Yakni kehilangan fokus hingga kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah, menurut psikolog Intan Erlita.

"Kalau anak kita belum sarapan, jam 9 sampai 10 itu kadar gula darahnya turun kalau dari segi medisnya, lalu yang muncul biasanya yang pertama adalah anak cenderung cranky dan enggak fokus," ujar Intan yang merupakan psikolog lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu dalam acara temu media di Jakarta, Selasa, 28 Februari 2023.

"Karena bagaimana mau fokus kalau perutnya keroncongan, akhirnya dia enggak konsentrasi sama pelajaran," tambahnya.

Bila anak terus-terusan tidak fokus pada pelajaran di sekolah karena melewatkan sarapan, maka yang dapat terjadi selanjutnya adalah penurunan prestasi.

"Karena enggak cuma sekali kelewat sarapannya, kan. Bahkan ada beberapa keluarga yang merasa bahwa sarapan itu enggak penting lalu makannya digabung ke makan siang," imbuh Intan.

Jika kebiasaan melewatkan sarapan terus berlanjut hingga anak duduk di bangku SMP dan SMA, anak bisa jadi melakukan kecerdikan-kecerdikan yang negatif, seperti melewatkan pelajaran dan memilih pergi ke kantin untuk mengisi perutnya.

"Karena kan jam 9 atau jam 10 dia udah lapar. Akhirnya pura-pura izin ke toilet, padahal ke kantin. Manusia kan secara natural itu instingnya berburu. Jadi ketika perut lapar, instingnya bergerak dan akhirnya punya ide untuk ke kantin, cari makanan," tutur Intan.

Baca juga: 5 Ide Sarapan untuk Cegah Peradangan, Smoothie hingga Telur dan Sayuran

Cara Membiasakan Sarapan pada Anak

Menurut Intan, penting bagi orang tua untuk membiasakan anak sarapan setiap pagi, tentunya dengan menu yang bernutrisi. Cara efektif yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan contoh.

"Harus dimulai dari orang tua, karena anak itu kan meniru apa yang orang tua lakukan. Jika orang tua ingin anaknya terbiasa dengan sarapan bernutrisi, maka mereka harus memberikan contoh dan membiasakan sarapan sebagai bagian dari kegiatan harian," kata Intan.

Kegiatan sarapan juga harus dilakukan dengan senyaman mungkin. Orang tua perlu memperhatikan makanan apa yang disukai anak dan melibatkan anak untuk merencanakan sarapan atau bekal yang diinginkannya.

"Sehingga, terciptalah semacam placebo effect di mana otak sudah membayangkan sesuatu yang diinginkan sehingga anak menanti-nantikan momen sarapan dengan menu favoritnya," kata Intan.

Ia juga mengatakan bahwa saat mengajak anak sarapan, orang tua sebaiknya tidak menggunakan nada yang keras atau kalimat-kalimat yang membuat anak tidak nyaman. Pasalnya, menurut dia, saat makan atau sarapan merupakan waktu yang tepat untuk semakin mempererat hubungan orang tua dan anak.

Semoga Sahabat Cantika dan keluarga tidak melewatkan sarapan, ya.

Pilihan Editor: Jangan Dilewatkan, Sarapan Bisa Beri Kamu Energi yang Stabil

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."