7 Tanda Kamu Terlalu Bergantung pada Pasangan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi pasangan. Freepik.com/svetlanasokolova

Ilustrasi pasangan. Freepik.com/svetlanasokolova

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tak ada salahnya kamu bergantung dengan pasangan atau sebaliknya dalam. Sebab itu salah satu chemistry dalam hubungan, saling membutuhkan satu sama lain, juga tanda hubungan sehat. Tapi lain ceritanya, jika kamu terlalu bergantung pada pasangan. Hal itu berarti kamu membuat diri sendiri sengsara atas nama mencoba membuat orang lain bahagia. Ada sederet tanda kamu terlau bergantung pasangan yang perlu diketahui

Menurut psikoterapis hubungan Leon F. Seltzer, terlalu bergantung kepada pasangan bisa membuat hubungan tidak seimbang, apalagi jika kedua pihak terlalu bergantung.

"Hubungan itu timbal balik hanya karena memungkinkan keduanya saling mendukung menghadapi ketakutan dan keraguan diri mereka yang terburuk. Bukan merasa "sendirian, tidak mampu, tidak aman, dan tidak berharga jika tidak terlalu bergantung pada pasangan," ucapnya, seperti dilansir Your Tango, Minggu, 12 Februari 2023.

Berikut tujuh tanda kamu terlalu bergantung pada pasangan.

1. Rendah Diri

Orang yang tidak merasa nyaman dengan diri sendiri sering kali merasa tidak ada yang akan mencintai mereka kecuali mereka menjadikan diri mereka sangat diperlukan. Untuk menebus harga diri mereka yang rendah, jadinya mereka memberi terlalu banyak dan tidak pernah berhenti untuk bertanya apakah mereka juga berhak untuk memenuhi kebutuhan mereka.

2. Terobsesi dengan Pasangan Sepanjang Waktu

Wajar jika kamu memikirkan pasangan sepanjang hari. Tetapi jika kamu tidak dapat berkonsentrasi pada hal lain karena kamu secara obsesif membaca ulang pesan teks darinya, bertanya-tanya apakah dia akan menelepon, dan secara mental memutar ulang interaksi terakhir kamu dan pasangan, itu termasuk tanda kamu terlalu bergantung pada pasangan.

3. Saat Pasangan Kesal, Kamu Lebih Kesal

Jika ada sesuatu yang terjadi dengan pasangan kamu, itu membuat kamu benar-benar terganggu. Dia mungkin hanya sedikit kesal, tetapi kamu yang paling kesal. Dan, kamu kerap mendiskusikan masalah pasangan kamu dengan teman-teman kamu seolah-olah itu adalah masalah kamu. 

4. Tidak Tertarik pada Kegiatan Lain selain Hubungan

Ketika kamu mulai berkencan dengan pasangan, segala sesuatu atau kegiatan yang lain dikesampingkan. Teman, hobi, dan acara malam perempuan mingguan tidak berarti lagi. Kamu juga kerap membatalkan rencana yang sudah ada, meskipun kamu dan pasangan  belum punya rencana.

5. Suka Menyimpan Rahasia dan Memalsukan Kebenaran

Mengatakan yang sebenarnya sering kali membuat orang lain tidak bahagia dan menimbulkan konflik, dan konflik membuat kamu takut. Untuk menghindarinya, kamu kerap memalsukan kebenaran dan menyimpan rahasia yang kamu khawatirkan akan menyakiti orang lain.

6. Jarang Memikirkan Keinginan Diri Sendiri

Karena kamu selalu memprioritaskan kebutuhan pasangan, keinginan dan kebutuhan pribadi kerap diabaikan dengan sengaja. Hal itu kerap dilakukan untuk memastikan kamu selalu siap sedia bagi pasangan. Seiring waktu dapat berdampak buruk pada cara kamu mencintai diri sendiri.

7. Mudah Panik saat Membuat Keputusan untuk Diri Sendiri

Akibat terlalu bergantung pada pasangan, ketika perlu membuat keputusan tentang hidup kamu sendiri saat itu juga, kamu menjadi ragu-ragu, bahkan tak berdaya. Karena kamu tidak tahu apa yang kamu inginkan, kamu takut membuat pilihan yang salah.

Jika salah satu tanda di atas ada di diri kamu, berbicaralah kepada ahlinya. Bukan hal yang mustahil agar kamu tidak terlalu bergantung pada pasangan. Dengan konsultasi dan arahan yang tepat, kamu dapat mengubah terlalu bergantung menjadi saling bergantung.

Pilihan Editor: 7 Cara Menambah Keintiman dengan Pasangan

YOUR TANGO

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."