Bayi Prematur Berisiko Terkena Diabetes Tipe 2, Perhatikan Gaya Hidup

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
ilustrasi diabetes (pixabay.com)

ilustrasi diabetes (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dokter Spesialis Anak Divisi Endokronologi Departemen Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo,  Prof Aman Bhakti Pulungan, mengatakan bayi prematur berisiko terkena diabetes tipe 2. Hal ini akan semakin rentan terjadi bila si bayi nantinya mengalami obesitas.

"Ketika dia tidak obesitas maka risikonya berkurang," kata Project Leader Changing Diabetes in Children (CDiC) Indonesia Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu dalam media briefing secara daring, Rabu 8 Februari 2022.

Menurut Aman, bayi prematur atau memiliki berat badan lahir rendah ketika dia obesitas, lebih berisiko terkena diabetes tipe 2 daripada bayi dengan berat badan lahir normal.

Dia kemudian mengingatkan orang tua agar tidak buru-buru meningkatkan berat badan anak mereka. Dia menyarankan, pemanfaatan aplikasi PrimaKu untuk membantu memantau tumbuh kembang anak.

"Peningkatan berat badan juga jangan terlalu banyak. Orang ingin cepat-cepat sekali meningkatkan berat badan, tidak usah. Masukkin saja ke kurva PrimaKu nanti setelah ukur koreksi. Ketika dikatakan gizi lebih atau obesitas, ya orangtuanya melakukan jangan sampai menjadi diabetes," ujar dia yang juga menjabat sebagai Executive Director of International Pediatric Association (IPA) atau Asosiasi Dokter Anak Sedunia itu.

Anak dengan diabetes umumnya memiliki gejala banyak buang air kecil (BAK), banyak minum, banyak makan, berat badan turun, lemas, dan yang semula tidak mengompol kembali mengompol.

"Kalau ada anak banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat badan turun, lemas dan tadinya tidak mengompol lalu mengompol lagi, hal pertama yang harus dipikirkan adalah diabetes dan ini boleh langsung diperiksa," kata Aman.

Ia menambahkan, penyebab diabetes tipe 2 pada anak umumnya akibat penerapan gaya hidup tak sehat termasuk konsumsi makanan dan minuman manis berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik. "Anaknya mager, main gawai melulu," kata Aman.

Baca: Cegah Diabetes pada Anak, Pentingnya Lakukan Aktivitas Fisik

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."