8 Alasan Sulit Lepas dari Abusive Relationship, Finansial hingga Takut Speak Up

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com

Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ketika kita melihat atau mengetahui seseorang berada dalam hubungan yang toxic, yang berupa abusive relationship, mungkin kita seringkali bertanya-tanya mengapa orang tersebut tidak meninggalkan pasangannya saja, mengapa ia harus bertahan di dalam hubungan yang membuatnya sengsara. Namun, kenyataannya tidak semudah itu meninggalkan hubungan yang abusive.

Meninggalkan hubungan yang penuh dengan kekerasan adalah proses yang menakutkan, rumit, dan membebankan bagi para yang mengalaminya. Mungkin sebenarnya mereka sudah berusaha mencoba lepas dari pasangannya beberapa kali sebelum akhirnya berhasil untuk pergi.

Berikut ini, kita akan mengupas apa saja alasan mengapa lepas dari abusive relationship atau terpapar kekerasan adalah hal yang tidak mudah, dan bagaimana cara mengatasinya.

1. Masih berharap semuanya akan menjadi lebih baik

 Mereka yang belum bisa lepas dari abusive relationship mungkin masih berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja nantinya. Hal ini dikarenakan mereka telah termakan janji oleh pasangannya yang mungkin menjanjikan kalau ia akan berubah dan meminta untuk memberikan kesempatan kedua. 

Abusive relationship seringkali bersifat siklus, yaitu ada saat di mana semuanya memang baik-baik saja, hubungannya berjalan dengan lancar dan manis. Namun, pada fase ini bisa menipu dan menjadi penyebab kekerasan dalam hubungan itu terjadi lagi.

2. Mengalami Trauma

Seseorang yang mengalami trauma cenderung bersikap attach dengan orang yang ia sudah kenal dekat, dalam hal ini mereka bisa menjadi mati rasa dan tidak dapat memproses apa yang sedang terjadi. Oleh karena itu, sulit untuk bersikap responsif ketika kekerasan tersubt terjadi.

3.    Dimanipulasi atau gaslighted

Mereka yang mengalaminya mungkin merasa bingung, dan mempertanyakan realitanya. Mereka menjadi bingung karena sudah dimanipulasi sehingga mereka berpikir bahwa mereka adalah "alasan" kenapa mereka mengalami kekerasan. Hal ini menyebabkan korban menjadi tidak mampu berdiri sendiri, merasa tidak berharga, dan tidak mempunyai harapan. Hal ini lah yang menyulitkan para korban untuk meninggalkan abusive relationship.

4. Merasa sendiri

Mereka mungkin mengalami cedera yang mungkin saja penyebabnya adalah kekerasan itu sendiri, kemudian pelaku kekerasan juga seringkali mengisolasi korbannya dari teman dan anggota keluaganya. Sehingga, seringkali para korban seperti merasa tidak mempunyai tempat tujuan. Hal ini pun menjadi kendala yang sulit bagi para korban yang ingin lepas jika tidak mempunyai orang yang mendukungnya.

5. Memiliki anak dan bergantung secara finansial

Sebagai orangtua, mungkin sangat sulit untuk meninggalkan anak-anaknya menjadi tidak mempunyai keluarga yang utuh, hal ini bisa saja terjadi karena mungkin pelaku melakukan kekerasan pada pasangannya, namun tidak kepada anak-anaknya. Hal inilah yang membuat korban merasa bingung. 

Kemudian, faktor finansial juga berpengaruh penting, korban mungkin tidak memiliki penghasilan atau pelaku memiliki kendali atas keuangannya, seperti uang tunai bahkan dengan rekening bank korban. 

6. Sering dapat ancaman

Mereka yang mengalami kekerasan dalam hubungan mungkin sudah diancam dan ancaman tersebut meluas hingga ke teman, keluarga, ataupun ke hean peliharaan mereka. Hubungan yang abusive ini bisa sangat berbahaya seperti yang dikatakan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC), satu dari lima pembunuhan diakibatkan oleh kekerasan dalam hubungan. 

7. Mengalami abusive secara emosional dan ditekan tetap bersama

Abusive atau kekerasan ini tidak hanya berlaku pada fisik saja, namun pada emosional juga. Hal ini membuat para korbannya sulit mengidentifikasi apakah mereka termasuk korban ataupun bukan, apalagi jika mereka sudah mengalaminya selama bertahun-tahun. 
Faktor lingkungan juga berperan besar, jika orang sekitar mendukung korban untuk tetap berada di dalam hubungan yang tidak sehat ini, maka korban pun akan kesulitan pula untuk lepas dari abusive relationship ini. 

8. Takut speak up dan sulit minta bantuan hukum

Fakta bahwa korban sering disalahkan menjadi penyebab bahwa korban abusive relationship ini menjadi takut, malu, dan ragu untuk meminta pertolongan kepada orang lain. Mungkin bagi para korban adalah hal yang sulit untuk menyebutkan nama pelaku yang melakukan kekerasan kepadanya jika pelaku adalah orang yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh kuat atau pelaku mempunyai citra yang baik di mata masyarakat sehingga korban menjadi bungkam.

Tidak mempunyai akses hukum juga menjadi salah satu faktor penyebab korban tidak nisa speak up terkait dengan abusive relationship. Korban mungkin sudah pernah melapor namun hanya dianggap angin lalu ataupun mungkin korban adalah seorang imigran yang takut dideportasi ketika ia melapor. 

Ilustrasi kekerasan seksual. Freepik.com

Kita sudah mengetahui berbagai penyebab mengapa sulit bagi korban untuk lepas dari hubungan yang penuh dengan kekerasan. Kemudian, kita akan mengupas kembali bagaimana cara mengatasinya.

1. Kekerasan bukanlah salah korban

Para korban kekerasan mungkin sudah mendapatkan manipulasi dari pelaku bahwa itu adalah salahnya, ia bertanggung jawab, dan pantas mendapatkannya. Sehingga para korban akan berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja, jika memperbaiki keadaan dan menjadi pasangan yang lebih baik. Namun, perlu diingat itu bukanlah salahmu, kamu tidak bertanggung jawab atas tindakan yang pelaku lakukan. 

2. Tindakan pelecehan bukanlah bentuk cinta

Pasangan kalian mungkin meyakinkan kalian bahwa bentuk dari kekerasan, kecemburuan, ataupun semua upaya yang dilakukan untuk mengendalikan diri kamu adalah bentuk cinta. Namun, hubungan yang tidak sehat ini bukanlah cinta, cinta membutuhkan rasa percaya dan saling hormat.

3. Pelaku kekerasan bukan tanggung jawabmu

Pelaku kekerasan terkadang memanipulasi pasangannya untuk tetap tinggal dengan membuat ancaman menyakiti diri sendiri atau membuat pasangannya merasa tidak bisa hidup sendiri tanpanya. Namun, kamu tidak berutang apa-apa kepada mereka, dan kamu perlu memprioritaskan keselamatan diri kamu sendiri dibanding diri pelaku. 

Baca: Ahli Ungkap Anak Korban Penculikan Rentan Alami Trauma, Dampingi Secara Intens

WIDYA FITRIANINGSIH | VERY WELL MIND 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."