Catatan Perjalanan ke Kampung Batik Trusmi, Kian Bergeliat dan Terus Bersemi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Salah satu perajin batik di store Batik Trusmi sedang melakukan proses isin-isen atau mengisi celah motif yang selesai dibubuhkan lilin tahap awal/Foto: Ecka Pramita/Cantika

Salah satu perajin batik di store Batik Trusmi sedang melakukan proses isin-isen atau mengisi celah motif yang selesai dibubuhkan lilin tahap awal/Foto: Ecka Pramita/Cantika

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perjalanan ke Kampung Batik Trusmi yang terletak di kawasan Weru, Kabupaten Cirebon pada Jumat, 30 September termasuk lancar dan ditingkahi udara yang bersahabat. Jaraknya berkisar lima kilometer bila diakses dari Stasiun Cirebon, nantinya para pengunjung akan menemukan gapura berundak khas Cirebon yang bertuliskan kawasan Batik Trusmi. 

Nah, dalam menyambut momen Hari Batik Nasional yang jatuh hari ini, tentu saja kita bisa merayakan dengan berbagai cara. Mulai dari berbusana batik, memakai batik di banyak kesempatan, dan seperti yang Cantika lakukan yakni jalan-jalan ke salah satu kampung batik. Seru, kan! 

Gapura Kampung Batik Trusmi di Weru, Cirebon/Foto: Ecka Pramita/Cantika

Cantika berkesempatan jalan-jalan ke kampung Batik Trusmi yang setelah melewati momen pandemi sejak tahun 2020 lalu mulai bergeliat kembali. Toko-toko batik yang berjejer sepanjang jalan, belum lagi kalau kamu blusukan sepanjang jalan akan menemukan sejumlah rumah-rumah yang ditinggali oleh para perajin batik yang sudah bertahun-tahun menjadikan batik sebagai periuk utama mereka. 

Tak heran, jika toko-toko pun ada yang berkembang menjadi mal atau store khusus tentang batik seperti yang didirikan oleh Sally Giovanny, founder Batik Trusmi yang berkibar sejak tahun 2011. Bukan hanya fashion, tetapi juga meliputi aksesori, edukasi membatik, pendampingan perajin hingga museum batik yang berisi cerita sejarah batik Cirebon hingga benda-benda membatik. 

Display batik lawas di Museum Batik Trusmi/Foto: Ecka Pramita/Cantika

Cantika berkesempatan langsung berkeliling di Batik Trusmi yang begitu masuk ke dalamnya pengunjung sudah dibuat terkagum. Bagaimana tidak, segala rupa batik bisa kamu dapatkan di sini. Bukan hanya koleksi ready to wear, tetapi juga aneka kain premium batik tulis yang harganya ditaksir sekitar jutaan rupiah. 

Masuk lebih jauh lagi, di Batik Trusmi juga ada koleksi busana muslim anak-anak, bahan kain yang dibanderol mulai harga 65ribu per dua meter, sarimbit, dan juga aneka t-shirt dengan tulisan motif batik. Berkunjung ke Batik Trusmi seolah merasakan pengalaman belanja one stop shopping. Bagi kamu penyuka batik tentu saja akan sangat menyenangkan jika menghabiskan waktu seharian. 

Baca: Hari Batik Nasional, Ini 3 Pusat Batik di Jakarta

Koleksi batik ready to wear motif mega mendung di strore Batik Trusmi/Foto: Ecka Pramita/Cantika

Membatik dengan fun

Selesai sampai di situ? Belum dong, Cantika juga diberi kesempatan melihat langsung para perajin Batik Trusmi saat proses mereka membatik. Dimulai dari aktivitas reng-reng yang artinya memperjelas cetakan kain batik yang sudah ada ditindih kain batik baru untuk dikreasikan ulang. Lalu langkah selanjutnya menggambar sesuai sketsa, mengisinya dengan detail di banyak bagian kain, bisa juga pakai teknik memblok yang lebih bold untuk menghasilkan warna lebih solid. 

Salah satu perajin batik di store Batik Trusmi sedang melakukan proses blok, atau menegaskan lilin di atas kain agar hasil akhir warnanya lebih solid/Foto: Ecka Pramita/Cantika

Tak lupa, Cantika juga berkesempatan membatik langsung didampingi oleh staf wahana edutainment dari Batik Trusmi. Menurut Enok Annie Putrililanie jika kamu belajar membatik, lebih dulu disiapkan kain mori karena memiliki tekstur lebih padat, kalau ada penahan bulatan juga bisa dipakai, selanjutnya bisa pakai lilin atau malam. "Warna lilinnya ada ada dua yakni coklat dan emas, kalau mau lilinnya tetap solid pastikan kestabilan api saat dijaga jangan sampai kepanasan atau sebaliknya. Ngambilnya juga diusahakan lebih cepat," tambah perempuan 27 tahun ini.

Salah satu teknik batik cap di store Batik Trusmi/Foto: Ecka Pramita/Cantika

Proses membatik dimulai dengan menggambar sketsa, solo yakni menindih corak dengan lilik, diikuti isen-isen atau mengisi ruang kosong dari sketsa yang sudah dibuat. Setelah proses isen-isen kemudian dicelup ke pewarna sesuai selera mau pakai warna apa, lanjut ke langkah merebus dengan soda khusus yang akan meluruhkan lilin dan menciptakan warna batik menjadi lebih solid. "Pewarnaan celup paling lama 30 meniit, kalau pakai teknik semprot lebih cepat, yakni 15 menit," tambah dia.   

Wah, ternyata susah sekali membatik ya, Cantika masih sering brudul saat coba membubuhkan lilin ke kain mori yang sudah bermotif. "Ini soal jam terbang, kalau sering dilakukan nanti pas membatik rasanya seperti bercerita," selorohnya.  

Kampung batik yang hangat dan sederhana

Tidak hanya ke store Batik Trusmi, Cantika juga menyempatkan jalan-jalan di sekitarnya yang hampir sebagian besar rumah mereka menjadi workship batik rumahan dan dikelola secara mandiri. Salah satunya ialah perajin batik Ibu Masniri yang lokasinya berkisar 500 meter dari pintu gerbang Batik 

Rumah dengan ukuran tidak terlalu besar, tepat di bagian depan terdapat lokasi membatik yang ditata sederhana. terdapat tiga dingklik atau kursi jongkok yang menandai personel perajin yang sehari-harinya membatik di sana. Terhirup aroma lilin yang menguar sekilas, khas. Cantika dengan hangat dipersilakan masuk untuk melihat-lihat koleksi Ibu Masniri. 

Koleksi batik tulis dan kombinasi perajin batik di Kampung Batik Trusmi Cirebon, Ibu Masniri/Foto: Ecka Pramita/Cantika

Tentu saja, konsep dan display workshop berbeda dari store Batik Trusmi yang dirancang lebih modern. Di rumah perempuan usia 49 tahun ini, Cantika merasakan kehangatan rumah, lengkap dengan kudapan air mineral, keripik peyek, dan tahu gejrot yang disediakan. 

Sejauh mata memandang, tampak kain batik aneka motif dan teknik dijajar begitu rapi. Kisaran harga juga relatif lebih terjangkau mulai dari 55ribu hingga ratusan ribu. Motif mega mendung menjadi andalan Masniri, sebab walau sudah banyak motif modifikasi mega mendung selalu dicari oleh para pelanggannya. 

Selain kain, Masniri juga menyediakan koleksi ready to wear untuk sarimbit, seragam kantor, selendang, outer, kaftan, kemeja, blouse, daster. Jika pilihan pengunjung sedang tidak ada display, tim Masniri dengan cekatan mengambil di perajin lainnya. Ya, sekompak itu mereka saling mengisi dan melengkapi dalam menawarkan batik. Begitu asyik menikmati pemandangan batik, sampai tak terasa Cantika sudah berada di sana hingga dua jam, lho!

Selarik sejarah Kampung Batik Trusmi

Tak lengkap rasanya jalan-jalan tanpa mengetahui nilai historisnya, melansir laman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, secara umum, ciri khas Batik Trusmi dibagi ke dalam dua jenis. Motif pertama yaitu motif keratonan yang diambil dari ornamen-ornamen keraton, baik dari unsur bangunan maupun benda-benda yang ada di sekitar keraton. Motif lainnya adalah motif pesisiran yang menampilkan flora dan fauna, baik dari darat maupun laut serta memilih warna-warna cerah.

Menurut sejarahnya, Batik Trusmi pertama kali dikenal dari sebuah cerita rakyat pada abad ke-14 dimana ada satu daerah di yang memiliki banyak tumbuhan. Warga sekitar sering menebangnya, namun tumbuhan itu selalu tumbuh kembali sehingga daerah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata “terus bersemi”. 

Awal mula Batik Trusmi berasal dari Ki Buyut Trusmi yang mengajari keterampilan membatik kepada penduduk Cirebon. Kemudian, Sultan Keraton Cirebon memerintahkan warga dari Trusmi untuk membuat batik dan keterampilan tersebut terus berkembang hingga menjadi salah satu ikon dari kawasan Cirebon.

Wah selesai juga jalan-jalan Cantika yang dimulai dengan mencicipi hidangan empal gentong dan diakhiri sepiring kecil tahu gejrot, kuliner andalan khas Cirebon. Selamat berkunjung!

Baca: Gaya Fashion Dian Sastro saat Berkunjung ke Kampung Batik Solo

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."