Olahraga Lari Pagi Hari, Jangan Lupa Tidur Malam yang Berkualitas

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi wanita siap olahraga. Freepik.com/Wayhomestudio

Ilustrasi wanita siap olahraga. Freepik.com/Wayhomestudio

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tahukah Anda, memiliki kualitas tidur malam yang baik merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan sebelum memulai olahraga berlari di pagi hari, menurut pelatih dan pelari senior Hendri Pardede.

"Sebetulnya setiap pelari harus punya kesadaran sendiri untuk mereka aware tentang kesehatannya. Dimulai dari ketika dia bangun pagi. Kalau bangun pagi merasa kleyengan, artinya deep sleep-nya kurang," jelas Hendri.

Hendri menjelaskan, tidur malam juga merupakan salah satu bagian dari latihan. Namun, poin ini banyak dilewatkan seseorang sebelum mulai berolahraga terutama berlari. Jika seseorang tidak memiliki kualitas tidur yang baik, kondisi ini dapat menyebabkan seseorang mengalami detak jantung yang tinggi.

Apabila dipaksakan untuk berlari, Hendri mengatakan bahwa kondisi ini dapat menyebabkan seseorang mengalami serangan jantung hingga kematian.

"Jadi kalau harus bangun pagi sebelum lari atau latihan itu pastikan ketika kita bangun itu kita sehat, kita segar. Karena ingat, dalam berlari tidur juga bagian dari latihan. Banyak pelari miss di sini. Mereka kurang tidur tapi latihan. Akhirnya heart rate-nya tinggi. Nggak heran banyak yang jantung segala macam," kata Hendri.

"Ini yang harus kita sosialisasikan. Tidur itu bagian dari latihan. Kalau begadang bahaya. Jangan lari besoknya. Nanti bisa kleyengan, heart rate-nya bisa tinggi," pungkasnya.

Selain kualitas tidur yang baik, sebelum memulai latihan berlari Hendri juga menyarankan untuk melakukan peregangan awal serta pemanasan. Kemudian, melatih gerakan kaki, tangan, hingga mengatur nafas juga perlu dilakukan sebelum berlari.

Baca: 4 Olahraga yang Dibolehkan saat Haid, Jalan Kaki hingga Yoga

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."