Mengintip Street Fashion di Asia, Harujuku dan Gangnam

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi street fashion. Foto: Unsplash/Joshua Chun

Ilustrasi street fashion. Foto: Unsplash/Joshua Chun

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Jagat media sosial akhir-akhir ini diramaikan dengan fenomena Citayam Fashion Week. Kehadiran para remaja dari Depok, Citayam, dan Bojonggede yang berkumpul di trotoar kawasan Dukuh Atas - BNI City Sudirman, Jakarta. Area tersebut bak runway peragaan busana bagi mereka. Dengan beragam pose andalannya, mereka mengabadikan momen tersebut lewat foto ataupun video yang diunggah di media sosial. Mereka mengenakan busana dengan berbagai padu padan sehingga mirip street fashion atau street style.

Lantas, apa sebenarnya street fashion? Menurut pemerhati mode, Dewi Utari, street fashion atau street style merupakan mode atau dandanan yang dapat dijumpai di jalanan. Oleh sebab itu, dandanan orang-orang yang dijumpai di jalanan bisa menjadi kiblat atau inspirasi berpakaian.

“Dandanan mereka atau siapa pun yang ditemukan di jalan betul dinamakan street style, sesuai dengan arti dalam Bahasa Indonesia,” ucapnya, seperti dikutip dari Antara, Rabu, 6 Juli 2022.

Mengutip laman JD Institute of Fashion Technology, street fashion dapat didefinisikan sebagai gaya pakaian tertentu yang berasal dari budaya fashion di jalanan. Umumnya pakaian yang digunakan tidak berpatokan dengan musim mode tertentu. Bahkan terkadang jauh berbeda dengan mode arus utama karena didasarkan pada selera individualisme.

Sedangkan menurut laman Arts and Culture, street fashion adalah selera gaya orang-orang kreatif yang mengambil segala macam ide, baik dari musik, olahraga, mode, dan sejenisnya, kemudian mengekspresikan nilai-nilai pribadi mereka melalui pakaian. Tidak ada norma tertentu yang membatasi kekreatifan dalam berekspresi mengenakan pakaian di street fashion. Tetapi tentu saja asas kesopanan tetap diperhatikan.

Mudahnya, gaya busana ini merupakan mode yang tumbuh dari jalanan dan bukan dari fashion show atau desainer. Mereka bebas menggunakan pakaian apa saja beserta aksesori sesuai selera pribadi. Street fashion yang telah menjadi bagian dari budaya mode tak jarang malahan menjadi inspirasi desainer merancang busana buatan mereka.

Awal Street Fashion

Pada awalnya, street fashion berasal dari fotografi jalanan. Pada 1978, Bill Cunningham, fotografer, memotret orang-orang yang sedang berlalu lalang di jalanan. Suatu ketika, Bill tak sengaja memotret aktris Swedia, Greta Garbo, yang berpakaian dengan elegan. Itu adalah foto pertama di mana fotografer memotret selebriti tanpa sepengetahuan.

Sejak saat itu, gaya berpakaian tak melulu menyontek mode dari majalah atau desainer. Orang-orang senang memperhatikan gaya berpakaian orang lain kemudian menirunya. Jalanan, disengaja atau tidak, menjadi “ajang kontes” untuk menunjukkan mode tanpa harus berpatokan pada musim. Mereka bebas memadu-padankan pakaian sesuai selera.

Tetapi, jauh hari sebelum Bill Cunningham tak sengaja memotret Greta Garbo, street fashion sudah dikenal di Jepang sejak 1960-an. Pencinta mode pasti tidak asing dengan street fashion di Harajuku. Di sana, pemuda-pemudi Jepang bebas menuangkan ide berpakaian mereka dan “memamerkannya” di jalanan Harajuku. Street fashion Harajuku style sendiri mulai terkenal di mancanegara sejak 1980-an.

Street Fashion di Asia

Bicara soal street fashion di Asia, kawasan Harajuku di Tokyo salah satu yang paling diingat. Dikutip dari Japan-Guide, Harajuku mengacu pada daerah di sekitar Stasiun Harajuku Tokyo, yaitu antara Shinjuku dan Shibuya di Jalur Yamanote. Ini adalah pusat budaya dan gaya busana remaja paling ekstrem di Jepang, tetapi juga menawarkan belanja untuk orang dewasa dan beberapa situs bersejarah yang menarik.

Busana ekstrem yang dimaksud para penikmat mode berani padu padan potongan atau corak yang mencolok. Warna-warna cerah juga menjadi incaran mereka.

Titik fokus budaya remaja Harajuku adalah Takeshita Dori (Jalan Takeshita) dan jalan-jalan sampingnya dipenuhi banyak toko trendi, butik mode, toko pakaian bekas, kios krep, hingga gerai makanan cepat saji untuk remaja yang sadar mode dan tren.

Tepat di sebelah selatan Takeshita Dori dan lebih dari dua kali panjangnya adalah Omotesando, jalan lebar dengan deretan pepohonan yang kadang-kadang disebut sebagai Champs-Elysees Tokyo. Di sini Anda dapat menemukan toko, kafe, dan restoran bermerek terkenal untuk pelanggan yang lebih dewasa.

Kompleks Omotesando Hills yang bergaya dibuka pada tahun 2006 dan menargetkan kaum urban yang sadar mode berusia 30-an dan 40-an, sementara Kiddy Land memiliki ratusan mainan unik untuk anak-anak dari segala usia.

Beralih ke Korea Selatan, selain menawarkan pesona gedung pencakar langit dan kecanggihan teknologi, wilayah Gangnam juga identik dengan sensasi street fashion ala penduduk negeri gingseng itu. 

Dikenal sebagai daerah paling makmur di seluruh Seoul, Gangnam hampir identik dengan kata-kata seperti mode, trendi dan canggih. 

Menurut Visit Korea, Gangnam memiliki populasi terapung (floating population) terbesar dibandingkan distrik lainnya di Seoul. Pencakar langit berbaris banyak jalan lurus dan lebar yang membentang melalui Gangnam; bangunan-bangunan itu menaungi bisnis mulai dari keuangan dan perdagangan hingga teknologi informasi. Daerah ini ramai dengan pekerja kantor pada hari kerja, sekaligus menjadi tuan rumah bagi anak muda berusia 20 dan 30 tahun yang mencari kesenangan di malam hari dan akhir pekan.

Di Gangnam, terdapat banyak toko mode yang menjual pakaian trendi, topi, hingga sepatu modis. Ada pula pusat perbelanjaan bawah tanah yang luas di stasiun Gangnam.

Bicara soal street fashion di Gangnam, kerap ditemui sejumlah orang bergaya dengan gaun mini atau transparan, hot pants dan blazer oversized, ataupun kaus kaki panjang dan gaun midi. Banyak pula dari mereka yang berpakaian serba longgar mulai dari kaus, celana, bahkan jaket yang menjadi luaran atau outer. Mereka bebas padu padan dengan modal percaya diri tinggi yang kian memancarkan pesona pribadinya.

Kembali ke Indonesia, semoga street fashion bisa jadi salah satu wadah melestarikan busana khas Indonesia atau keindahan wastra Nusantara yang beragam.

Baca juga: Tips Menggelar Street Fashion, dari Konsep hingga Promosi di Instagram

ANTARA | HENDRIK KHOIRUL MUHID | VISIT KOREA | JAPAN GUIDE | ARTS AND CULTURE 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."