Tanamkan Kebahagiaan pada Anak Sejak Dini Bantu Buah Hati Tumbuh Optimal

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi anak bahagia (pixabay.com)

Ilustrasi anak bahagia (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog Ratih Ibrahim dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia menekankan pentingnya menanamkan kebahagiaan pada anak sejak dini karena bermanfaat dalam mengoptimalkan proses tumbuh kembang si buah hati. "Penting untuk menanamkan pola pikir, pemaknaan dan nilai-nilai mengenai kebahagiaan sedini mungkin sebagai bekal anak untuk menjadi manusia dewasa yang utuh," kata Ratih dalam konferensi pers virtual berjudul Wall's - The Happiness Project 2022 Jumat 18 Maret 2022.

Anak yang riang gembira dan dibesarkan oleh keluarga penuh cinta akan memiliki persepsi positif mengenai dirinya dan orang lain. Kebahagiaan itu membuat anak tumbuh jadi orang yang penuh percaya diri, lebih mudah bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain. Kepribadian seperti itu membuat anak jadi lebih disukai serta menumbuhkan rasa empati. Buah hati akan punya perilaku mau menolong orang lain. "Sel-sel otaknya berkembang membuat anak menjadi kreatif," jelas Ratih.

Kebahagiaan pada anak membuatnya lebih bisa mengembangkan keterampilan dalam memecahkan suatu masalah, juga lebih kuat saat berhadapan dengan konflik dan mencari solusi terbaik. Meski sebagian orang berpikir kebahagiaan hanya dikaitkan dengan prestasi atau harta, Ratih menegaskan bahwa kebahagiaan lebih dari itu.

Berdasarkan hasil survei daring The Happiness Project pada Februari 2022, terungkap data 80 persen masyarakat Indonesia menganggap aspek materialistis adalah faktor penting yang berkontribusi terhadap kebahagiaan. Sebanyak 90,4 persen responden menganggap bahagia bisa diwujudkan dengan memiliki rumah bagus, 83 persen berpendapat kekayaan atau kesuksesan finansial adalah hal penting untuk bisa bahagia dan 66 persen berpikir prestasi di sekolah atau kantor adalah hal penting untuk jadi bahagia.

Anggapan bahagia kerap dikaitkan dengan prestasi dan materi, tetapi kebahagiaan sesungguhnya datang dari bagaimana seseorang memaknai hidup, nilai yang dijunjung dan diupayakan dalam hidup sehari-hari. Rasa bahagia juga dapat datang lewat usaha, tindakan, aktivitas dan rutinitas sehari-hari untuk membuat hidup lebih baik. “Kebahagiaan memang bisa saja hadir dari prestasi akademis, kemapanan finansial, atau jabatan. Namun, adanya pandangan bahwa kebahagiaan hanya bersumber dari hal-hal yang bersifat materialistis tersebut justru dapat menyebabkan seseorang merasa kebahagiaan adalah sesuatu yang sulit atau bahkan mustahil dicapai," kata dia.

Sebagai contoh, bila kebahagiaan hanya diasosiasikan dengan nilai bagus, maka kegembiraan akan menguap saat prestasi gagal dipertahankan. Alih-alih bahagia, anak bisa tertekan dan stres, berubah jadi pemurung dan proses tumbuh kembangnya terhambat.

Selain itu, pemaknaan dan nilai-nilai mengenai kebahagiaan ini penting dibangun sejak masa anak-anak. “Semakin dini usia anak, semakin baik. Orangtua dan guru memiliki peran yang begitu penting dalam proses membangun pondasi kebahagiaan ini. Dengan demikian, seluruh aspek perkembangan anak (kognitif, fisik, sosial dan emosional) akan berkembang secara optimal, anak lebih resilien, dan bahagia hingga masa dewasanya nanti."

Baca: 4 Hal yang Harus Dipenuhi agar Anak Bahagia

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."