Jangan Grogi dan Tertekan pada Kencan Pertama, Fokuslah Pengenalan Awal

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi kencan (pixabay.com)

Ilustrasi kencan (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaKencan pertama selalu dijadikan patokan awal untuk menjalin hubungan lebih lanjut, padahal jika kencan sudah selesai tidak ada ketentuan untuk meneruskan. Psikolog klinis dan relationship expert Inez Kristanti mengatakan kencan khususnya yang pertama adalah sebuah proses pengenalan antara dua pribadi. Biasanya, orang akan menunjukkan ketertarikan atau minat masing-masing.

Tidak melanjutkan hubungan setelah kencan pertama usai pun bukanlah sebuah kegagalan. "Enggak perlu ada pressure ini harus berlanjut, harus pacaran atau sampai nikah. Kalau enggak cocok kenapa harus dipaksakan," ujar Inez dalam webinar Tinder "Connect and Let Sparks Fly on the First Date" pada Jumat 11 Februari 2022.

Penting bagi seseorang untuk memperhatikan perasaan diri sendiri. Jangan sampai demi untuk menyenangkan orang lain atau takut dianggap gagal, maka memaksakan hubungan yang sebenarnya tidak cocok. "Yang penting adalah kita tetap menjadi orang yang memperhatikan perasaan. Kalau sudah ngobrol banyak dan enggak mau lanjutin, ya kita harus bilang dengan jelas jangan ghosting, kita harus mengekspresikan harapan kita kemudian keinginan kita secara jelas," kata Inez.

Inez juga mengatakan, jika seseorang merasa cocok dengan pasangan kencan pertamanya, maka jangan ragu untuk mengekspresikannya.

Menurut Inez, banyak orang terjebak dengan aturan-aturan yang tidak perlu, seperti jangan mengirim pesan sebelum tiga hari setelah berkencan atau wanita dilarang menghubungi lebih dulu. "Enggak ada aturan dalam dating sebenarnya. Kadang-kadang yang bikin enggak jadi itu karena gengsi siapa yang harus mulai text duluan, enggak perlu termakan dengan aturan yang ada di kepala kita," katanya.

Baca: Kiat Atasi Rasa Gugup di Kencan Pertama, Menurut Pakar Hubungan

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."