Studi: Rutin Makan Buah Anggur Bantu Turunkan Risiko Serangan Jantung

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi buah anggur. Foto: Unsplash.com/Gnter Hoffmann

Ilustrasi buah anggur. Foto: Unsplash.com/Gnter Hoffmann

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menurut studi dari Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat, rutin konsumsi buah anggur bisa membantu menurunkan kolesterol dan mengurangi risiko terkena serangan jantung. Untuk sampai pada temuan ini, para peneliti melacak 19 orang berusia antara 21 dan 55 tahun yang mengonsumsi sekitar 40 buah anggur atau setara dua porsi setiap hari.

Mereka menemukan, hanya dalam empat minggu makan anggur menghasilkan peningkatan kesehatan di antara orang-orang yang tidak secara teratur makan buah dan sayuran.

Selain itu, keragaman mikrobioma atau komunitas bakteri yang hidup di usus untuk meningkatkan kesehatan mereka juga lebih tinggi. Di antara bakteri baik yang meningkat selama penelitian yakni Akkermania, yang membakar gula dan kolesterol serta memperkuat lapisan usus.

Anggur juga mengandung antioksidan penting yang dapat mengurangi peradangan dalam tubuh.

"Kami menemukan anggur memiliki efek menguntungkan pada bakteri usus, karena usus yang sehat sangat penting untuk kesehatan yang baik," kata penulis utama studi Profesor Zhaoping Li seperti dikutip dari Real Simple, Kamis, 6 Januari 2022.

Menurut penelitian, para partisipan memiliki hampir delapan persen lebih sedikit terkena kolesterol jahat dan masalah empedu yang memicu kolesterol jahat turun lebih dari 40 persen.

Lemak berbahaya dapat menyebabkan gumpalan yang menyumbat pembuluh darah dan memotong aliran darah ke jantung atau otak yang berujung serangan jantung atau stroke

Jadi, jangan lupa masukkan anggur sebagai variasi buah yang dikonsumsi, ya, teman Cantika.

Baca juga: Makan Anggur, Jangan Buang Bijinya. Ini Alasannya

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."