Jolene Marie Nilai Cukup Mudah Ajak Anak Muda Gaungkan Isu Lingkungan, Asal...

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Jolene Marie dalam diskusi Djarum Trees For Life Satu Juta Mangrove Untuk Kehidupan pada 18 November 2021/Djarum

Jolene Marie dalam diskusi Djarum Trees For Life Satu Juta Mangrove Untuk Kehidupan pada 18 November 2021/Djarum

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Masalah lingkungan tidak hanya masalah para pemimpin yang kebanyakan adalah orang berumur. Anak muda pun harus semakin menyadari tentang isu lingkungan. Tokoh anak muda sekaligus pegiat lingkungan Jolene Marie mengatakan sebenarnya saat ini sudah banyak anak muda yang peduli soal isu lingkungan. "Sudah banyak anak muda yang membuat sociopreneur. Jadi mereka tidak hanya memikirkan profit, namun juga peduli dengan isu lingkungan," katanya pada acara diskusi virtual Djarum Trees For Life Satu Juta Mangrove Untuk Kehidupan pada 18 November 2021.

Jolene menambahkan sebenarnya ketika ia menyuarakan isu soal lingkungan kepada anak muda seumurannya, ia mendapatkan respon yang cukup baik. Sayang, yang menjadi masalah, masih banyak anak muda yang belum paham ketika diajak untuk aktif di isi lingkungan bila promosi isu dilakukan lintas generasi. "Kalau bicara saya dengan generasi saya, bicara soal lingkungan tidak akan sulit karena cara bicara kami sama, pola pikir kami sama, serta gaya kami juga sama. Yang menjadi tantangan itu bila komunikasi lintas generasi, itu akan susah," katanya.

Diskusi Djarum Trees For Life Satu Juta Mangrove Untuk Kehidupan pada 18 November 2021/Djarum

Ia berharap agar penting agar para pembicara menyamakan frekuensi terlebih dahulu dengan anak muda bisa lebih paham dengan isu soal lingkungan ini. Jolene pun mengaku sebagai salah satu agen perubahan, ia sebisa mungkin selalu menyelipkan pesan soal menjaga lingkungan di berbagai kesempatan. "Saya terus kampanye dan promosi serta menyuarakan isu ini. Dengan semakin banyak orang yang memahami isu lingkungan, semakin mudah juga kita saling colek-menyolek satu sama lain sehingga memberikan dampak yang lebih berkelanjutan," katanya.

Agar isu lingkungan ini bisa lebih terdengar, Jolene mengatakan ada 4 langkah konkrit yang bisa dilakukan untuk melestarikan lingkungan. "Pertama itu riset, empower, advocate,dan terakhir collaborate," katanya.

Salah satu cara konkrit yang bisa dilakukan adalah dengan menghadiri diskusi soal menyelamatkan lingkungan. Ketika hadir di acara itu, para peserta acara bisa saja berunding dan akhirnya mendapatkan pokok bahasan yang nantinya dibawa ke agenda yang lebih besar. "Itu pentingnya kolaborasi," katanya.

Bakti Lingkungan Djarum Foundation telah memulai inisiasi penanaman mangrove sejak tahun 2008 di Mangkang Mangunharjo, Semarang, melalui program Djarum Trees for Life (DTFL). Kegiatan itu terus dilakukan hingga saat ini. Upaya penanaman dan pemeliharaan mangrove di wilayah pantai utara Jawa Tengah berhasil mencapai satu tonggak baru pada tahun ini dengan penanaman lebih dari satu juta mangrove.

Mangrove dipilih sebagai bagian dari program DTFL mengingat perannya yang signifikan sebagai penyeimbang keanekaragaman hayati, dan utamanya sebagai bentuk mitigasi bencana alam. Hal ini pula yang mendasari pilihan Desa Mangkang, Mangunharjo, Jawa Tengah, sebagai salah satu titik lokasi pilihan yang memiliki tingkat kerawanan terhadap abrasi cukup tinggi, sehingga dulunya sering dilanda banjir rob.

“Preservasi mangrove perannya sangat penting dalam menjaga ekosistem alam. Kami sudah melihat sendiri bagaimana daerah Mangkang menjadi relatif lebih aman dari ancaman banjir rob selama beberapa tahun terakhir. Dan yang paling penting pembangunan ekonomi masyarakat pun bertumbuh, baik itu karena ekosistem perairan yang ikut pulih sehingga membantu usaha para nelayan, maupun sentra-sentra kerajinan yang muncul sebagai industri turunan dari rehabilitasi mangrove,” ujar FX Supanji, Vice President Director Djarum Foundation, saat hadir pada kegiatan temu media untuk mengumumkan capaian penanaman dan pemeliharaan satu juta mangrove ini.

Optimalisasi program rehabilitasi hutan mangrove juga dilakukan dengan menggandeng peneliti, penggiat lingkungan, akademisi dan elemen masyarakat lainnya yang memiliki minat pada bidang keilmuan pembibitan dan penanaman mangrove. Kegiatan ini melibatkan peran peneliti dan
akademisi untuk memastikan bahwa bibit mangrove yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik sehingga dapat meningkatkan rasio hidup mangrove pada proses penanaman.

Baca: 2020, Jolene Marie Rotinsulu Ingin Buat Startup Lingkungan

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."