Meski Berpisah, Psikolog Ungkap Anak Tetap Punya Akses Bertemu Orang Tua

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi orang tua dan anak pelukan (Pixabay.com)

Ilustrasi orang tua dan anak pelukan (Pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Pasangan Alvin Faiz dan Henny Rahman kembali menjadi sorotan soal anak. Kali ini, Zikri Daulay, mantan suami Henny, buka suara soal aksesnya yang dipersulit untuk menemui anak semata wayangnya, berinisial Z. Zikri sampai meminta Alvin untuk tidak macam-macam dengannya.

Saya hanya ingin bertemu dengan anak saya, karena saya berhak untuk itu. Saya punya hak saya sendiri sebagai ayah. Ayah kangen Z, itu aja. Dan saya akan melakukan apapun untuk kepentingan putra saya. Jadi jangan kamu macam-macam sama saya @alvin_411,” tulis Zikri melalui Instagram Storynya, Senin, 15 November 2021.

Zikri mengunggah fotonya saat menggendong putra semata wayangnya. Ia juga menyertai tangakapan layar dari percakapannya dengan Alvin dan pengasuh Z. Terlihat dari foto profil yang tidak terlihat dan pesan yang centang satu, Zikri sepertinya diblok oleh keduanya.

Zikri Daulay telah resmi berpisah dengan Henny Rahman pada Maret 2021. Henny sendiri sudah kembali menikah dengan Alvin Faiz, 14 Agustus 2021. Hak asuh anak semata wayang mereka yang saat itu belum genap berusia dua tahun, jatuh ke tangan Henny.

Susahnya akses pertemuan dari pasangan suami istri yang telah berpisah jamak terjadi di kehidupan kita. Hal ini dikatakan oleh Psikolog Keluarga Anisa Cahya Ningrum yang bilang jika perceraian memang memiliki risiko yang tidak sederhana. Perceraian suami istri bukan hanya tentang fisik saja, tetapi juga berdampak pada aspek psikis, sosial dan finansial.

"Akses bertemu dengan anak, menjadi kebutuhan besar bagi pihak yang tidak mendapat hak asuh. Kerinduan terhadap anak yang tak terpenuhi, bisa menjadi tambahan konflik, setelah perceraian itu terjadi. Memerlukan kesepakatan untuk mengatur hal ini, agar masing-masing merasa mendapat perlakuan yang layak," ungkap Anisa melalui pesan singkat, Kamis 18 November 2021.

Ilustrasi orang tua dan anak (pixabay.com)

Psikolog di MotherHope Indonesia ini juga menyertai dampak psikologis yang terjadi pada anak-anak dengan kondisi tidak bisa bertemu dengan orang tua kandung mereka, antara lain:

- Anak tidak mendapatkan figur yang lengkap dari kedua orang tua

Untuk tumbuh kembang yang baik, anak membutuhkan figur ayah dan ibu yang proporsional. Misalnya, dari sosok ayah, seorang anak mendapat gambaran tentang kekuatan, tanggung jawab keluarga, dinamika pengambilan keputusan, dan maskulinitas. Sedangkan dari sang ibu, seorang anak melihat figur tentang kelembutan, kasih sayang, dan aspek feminitas yang lain.

- Anak merekam tentang cara mengelola konflik yang dilakukan oleh orang tuanya

Anak membutuhkan contoh dan pembelajaran dalam pengelolaan konflik yang kelak akan dijalani sepanjang hidupnya. Jika kedua orang tuanya mempertontonkan perselisihan yang berkepanjangan, maka cara-cara yang emosional ini akan menjadi referensi baginya ketika anak menghadapi masalah dalam kehidupannya.

- Anak memiliki keterbatasan dalam kedekatan emosional dengan salah satu orang tuanya.

Kedekatan fisik dan psikologis dengan kedua orang tuanya, dibutuhkan oleh anak dalam tumbuh kembangnya. Jika tidak terpenuhi secara seimbang, maka ketimpangan ini akan menyisakan ruang kosong dalam batinnya. Hal ini bisa menimbulkan risiko pada masalah kejiwaannya di kemudian hari, terkait dengan kepercayaan dirinya, maupun kepercayaannya kepada orang lain.

Lantas, apa yang bisa dilakukan sebagai orang tua yang memutuskan untuk tetap melakukan pengasuhan bersama:

- Diperlukan kedewasaan orang tua 

Diharapkan orang tua bisa lebih memikirkan dampak perkembangan anak, dibandingkan dengan sekadar mengutamakan egonya masing-masing.

- Buat aturan yang realistis dan bersifat kekeluargaan

Dengan mempertimbangkan beberapa kendala yang mungkin akan terjadi dalam akses pertemuan dengan anak, maka pertemuan bisa diatur secara fleksibel dan manusiawi. Selain itu juga perlu disepakati dan dijalankan bersama. 

- Perlunya support system

Jika memang kondisi orang tua biologis tidak memungkinkan untuk mendapat akses bertemu secara optimal, maka orang tua perlu menyiapkan figur pengganti, supaya anak tetap mendapat gambaran yang baik dan seimbang tentang sosok ayah dan ibu.

- Pentingnya mediasi dan bantuan profesional

Jika masih kesulitan dalam mengelola konflik, perlu dipertimbangkan untuk melakukan mediasi, yang bisa difasilitasi oleh keluarga atau tenaga profesional.

Baca: Orang Tua, Simak Tips Atasi Burnout saat Dampingi Anak Belajar

DEWI RETNO

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."