Cerita Cici Panda yang Alami Banyak Penyesuaian di Masa Pandemi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Webinar peringatan Hari Keluarga Nasional bertajuk 'Apa Kabar Keluarga Kita' oleh Wahana Visi Indonesia, Sabtu 26 Juni 2021/Wahana Visi Indonesia

Webinar peringatan Hari Keluarga Nasional bertajuk 'Apa Kabar Keluarga Kita' oleh Wahana Visi Indonesia, Sabtu 26 Juni 2021/Wahana Visi Indonesia

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pandemi sudah terjadi lebih dari 1 tahun dan belum berakhir. Justru kini orang tua dihadapkan pada situasi yang mengkhawatirkan karena pasien anak yang terkena Covid-19 juga meningkat. Tentu orang tua perlu mengelola pikiran agar tidak stres dan terus memperhatikan anak dimasa pandemi ini. Presenter dan pembawa acara Cici Panda, ibu dengan dua anak yang kini tinggal di Bali, mengaku merasakan naik turun menjadi orang tua selama pandemi COVID-19. "Pandemi benar-benar membuat kami shock karena kami mengalami dampaknya, kerjaan semua dibatalkan saat itu, suami juga bekerja di bidang yang sama, akibatnya kami tidak punya pemasukan dan harus benar-benar berhemat. Ini awalnya tidak mudah untuk anak pertamaku, Alika, karena ada banyak penyesuaian yang harus dilakukan," kata Cici Panda dalam keterangan pers yang diterima Cantika.com pada 29 Juni 2021.

Panda pun terbuka dengan anaknya mengenai situasi berat yang harus dihadapi karena ayah dan ibunya kehilangan pekerjaan. Namun ia dan suami berusaha untuk tetap menenangkan anaknya hingga anaknya mengerti mengapa harus ada perubahan di dalam rumah seperti tidak bisa menyalakan AC di lebih dari 1 ruangan. "Butuh waktu 6 bulan sampai aku bisa buat keadaan jadi lebih menyenangkan. Adaptasinya lumayan, anakku sempat mengalami bosan, ogah-ogahan sekolah daring. Tapi setelah kami ajak anak untuk diskusi, melibatkan dia dalam banyak hal, sekarang sudah setahun lebih, sampai saat ini baik-baik saja, sudah dapat ritmenya seperti apa," kata Cici Panda yang menceritakan pengalamannya pada dalam webinar peringatan Hari Keluarga Nasional bertajuk 'Apa Kabar Keluarga Kita' yang diadakan oleh Wahana Visi Indonesia, Sabtu 26 Juni 2021.

Psikolog keluarga, Pritta Tyas, mengatakan, ketika menghadapi berbagai perubahan di awal masa pandemi, banyak keluarga mengalami tekanan. Setelah 5-6 bulan berjalan dan mulai beradaptasi, juga mulai memperoleh harapan dengan akan dibukanya sekolah, kini orang tua seperti kembali terkena hantaman dan harus berjuang lagi. "Banyak orang tua mengalami burn out, kemudian sulit mengendalikan emosi di depan anak-anak. Padahal anak-anak juga mengalami tekanan dan stres yang sama. Oleh karena itu, pertama-tama penting bagi orang tua untuk mengelola stresnya lebih dulu. Orang tua perlu mengenali apa yang dirasakan. Live the present moment. Kalau tidak mampu mengelola stres sendiri, jangan ragu untuk mendatangi profesional," kata Pritta.

Mengelola stres penting bagi orang tua, karena menurut Pritta ada tugas berat orang tua yaitu membangun hubungan yang kuat dengan anak-anak, yang menjadi pondasi di masa pandemi. Hubungan yang kuat antara orang tua dengan anak-anak, berdasarkan hasil penelitian, akan mengaktifkan sambungan- sambungan saraf di otak anak. Sambungan-sambungan saraf inilah yang dibutuhkan anak-anak untuk belajar dengan maksimal.

"Untuk itu, orang tua harus menjadi sosok yang responsif, yang peka dengan kebutuhan anak, peka dengan apa yang dirasakan anak, dan hadir sepenuhnya untuk anak walaupun hanya di waktu-waktu tertentu. Kemudian, penting pula bagi orang tua menciptakan kestabilan dalam keluarga, dengan pengelolaan emosi yang tepat. Sehingga, walaupun ada banyak persoalan yang dihadapi, termasuk menghadapi anak yang berbuat salah, orang tua tetap dapat berusaha untuk tenang dan melakukan tindakan yang tepat tanpa menghakimi anak," kata Pritta.

Hal ini dapat dilakukan dengan orang tua tidak terlalu kaku dalam memegang aturan. Anak perlu didengarkan ketika berbuat kesalahan, agar orang tua mengerti apa penyebabnya dan dapat mengatasi dan memperbaiki hal tersebut secara perlahan.

Satrio Rahargo Spesialis Pelibatan Masyarakat dan Program Peduli Anak Wahana Visi Indonesia, mengatakan, di masa pandemi, wajar ketika keluarga mengalami rasa khawatir, takut stres, atau bahkan anak mengalami depresi. Di sini lah, keluarga membangun support system, di mana setiap anggota keluarga dapat saling mendukung satu sama lain, dan bahwa dia tidak sendirian, ada anggota keluarga yang lain yang bisa membantu.

"WVI memiliki modul Pengasuhan dengan Cinta dan kami telah melatih banyak orang tua, membantu para orang tua dalam mengasuh anak. Banyak kami temui, tidak banyak orang tua yang mengerti apa yang harus dilakukan ketika menghadapi masalah pengasuhan. Padahal pengasuhan memiliki banyak aspek, mulai dari pola pengasuhan orang tua yang biasanya dipengaruhi masa lalu, kemudian bagaimana mengekspresikan cinta dengan cara yang diinginkan, membangun komunikasi, hingga bagaimana orang tua dapat menjadi teladan bagi anak-anak," kata Satrio.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."