Psikolog Jelaskan Alasan Utama Orang Nekat Mudik

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Petugas kepolisian mencegat beberapa pemudik bersepeda motor untuk menuju penyebrangan saat masa larangan mudik Lebaran di jalan Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, Kamis 6 Mei 2021. Selain petugas gabungan TNI-Polri, Dishub dan Satpol PP memaksa para pemudik yang nekat akan menyebrang untuk putar balik. Johannes P. Christo

Petugas kepolisian mencegat beberapa pemudik bersepeda motor untuk menuju penyebrangan saat masa larangan mudik Lebaran di jalan Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, Kamis 6 Mei 2021. Selain petugas gabungan TNI-Polri, Dishub dan Satpol PP memaksa para pemudik yang nekat akan menyebrang untuk putar balik. Johannes P. Christo

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog dari Universitas Indonesia Rose Mini Agoes Salim menilai fenomena kelelahan akibat pandemi (Pandemic Fatigue) menjadi alasan sebagian masyarakat nekat menerobos larangan mudik kendati ada penyekatan. "(Lebaran) tahun kemarin sudah dikekang kita tidak boleh melakukan apa-apa tidak boleh kemana-mana, maka sekarang dorongan untuk pulang untuk silaturahimnya menjadi lebih besar. Ini internal kontrolnya ketika kemarin sudah tidak ketemu (silaturahim), masa tidak ketemu lagi," ujar Rose saat dihubungi melalui sambungan telepon di Jakarta, Kamis 27 Mei 2021.

Rose mengatakan kurangnya sosialisasi soal manfaat vaksin juga menjadi salah satu penyebab lain. Masyarakat seolah sudah tak khawatir lagi soal COVID-19 karena telah divaksin. Padahal program vaksinasi bukan membuat seseorang kebal terhadap penularan virus berbahaya ini, namun untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan apabila terjangkit COVID-19. "Itu yang membuat banyak orang mencoba untuk melanggar lah atau tidak peduli dan kemudian mereka ada vaksin. Kemudian meremehkan bahwa ini (vaksin) kayaknya sudah aman," katanya.

Di sisi lain, Ia menilai nekatnya masyarakat menerobos larangan mudik akibat lemahnya aturan dari pemerintah. Pemerintah dinilai tidak "ajeg" dalam memberlakukan aturan larangan mudik. Seharusnya, ketika pemerintah mengeluarkan larangan mudik, harus diimbangi dengan pemberian sanksi tegas termasuk tidak membuka tempat wisata. Karena jika aturan labil, masyarakat pun akan mengabaikan ketentuan dari pemerintah.

"Faktor eksternal juga harus ajeg bukan hanya untuk masyarakat tapi juga aturan pemerintah melakukan hal yang sama sehingga masyarakat mau mengikuti aturan. Di kita antar satu daerah aturannya tidak sama, sementara di luar negeri sama. Ada denda yang besar sehingga membuat mereka lebih baik tidak ke mana-mana," katanya.

Rose mendorong pemerintah agar tidak hanya memberikan informasi soal statistik angka penularan saja, tapi lebih menonjolkan sisi fakta bahayanya virus serta edukasi mengenai vaksin. "Harusnya lebih detail seperti seberapa berpengaruh sih vaksin bisa membantu, sosialisasinya harus bagus. Kita sudah beradaptasi dengan situasi sulit dan vaksin jadi harapan baru untuk keinginan bergerak agar ekonomi bergejolak. Aturan harus ajeg," kata dia.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."