Manfaat Propolis Bagi Kesehatan Ada Banyak, Meski Tetap Ada Efek Sampingnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Kinanti Munggareni

google-image
Peternak lebah mengumpulkan madu di sebuah peternakan di Rafah, Jalur Gaza, 25 April 2017. Dari peternakan ini dihasilkan lebah, madu, dan propolis yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Peternak lebah mengumpulkan madu di sebuah peternakan di Rafah, Jalur Gaza, 25 April 2017. Dari peternakan ini dihasilkan lebah, madu, dan propolis yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Anda mungkin tak asing lagi dengan propolis. Biasanya orang menggunakan obat herbal ini untuk berbagai macam masalah kesehatan dan mengobati beragam penyakit. Bahkan beberapa waktu lalu, propolis sempat digembar-gemborkan bisa digunakan sebagai immune booster yang bisa menghalau virus Covid-19.

Apa sebenarnya propolis? Benarkah obat herbal ini punya manfaat dan kegunaan yang benar-benar istimewa? Baca terus untuk mengetahui seluk beluk cairan yang dipercaya karena kehebatan khasiatnya ini.

Propolis, produk lengket dari lebah yang sering dijadikan obat

Selayaknnya madu, propolis adalah zat resin yang dihasilkan lebah. Namun bedanya, cairan lengket ini bukanlah berasal dari nektar bunga. Propolis adalah senyawa yang dihasilkan lebah dari getah pohon berdaun jarum atau pepohonan hijau. Saat menggabungkan getah dengan kotoran mereka sendiri dan lilin lebah, lebah menciptakan produk lengket berwarna coklat kehijauan yang digunakan sebagai pelapis untuk membangun sarang mereka. Inilah yang dinamakan propolis.

Dikutip dari Very Well Health, kandungan propolis yang kaya akan flavonoid, salah satu kelas antioksidan, telah membuat propolis memiliki sejarah panjang digunakan sebagai pengobatan alami untuk sejumlah masalah kesehatan. Healthline mencatat, ribuan tahun lalu peradaban kuno telah menggunakan propolis untuk khasiat obatnya.

Orang Yunani menggunakannya untuk mengobati abses. Orang Asiria mengoleskannya pada luka dan tumor untuk melawan infeksi dan membantu proses penyembuhan, sementara orang Mesir menggunakannya untuk membalsem mumi.

Yang perlu diperhatikan, komposisi propolis dapat bervariasi tergantung pada lokasi lebah dan pohon serta bunga yang dapat mereka akses. Misalnya, propolis dari Eropa tidak akan memiliki susunan kimiawi yang sama dengan propolis dari Brasil. Inilah yang mempersulit para peneliti mengambil kesimpulan umum tentang manfaat kesehatannya.

Propolis untuk mengobati penyakit

Propolis diduga memiliki sifat antibakteri, antivirus, antijamur, dan antiradang. Tetapi penelitian ilmiah tentang propolis terbatas. Meski demikian, produk lebah ini tampaknya memberikan perlindungan dari beberapa bakteri, virus, dan jamur. Dikutip dari WebMD, propolis bisa jadi efektif untuk penderita diabetes, herpes labialis, atau peradangan dan luka di dalam mulut.

1. Luka dan herpes genital

Propolis memiliki senyawa khusus yang disebut pinocembrin, yaitu flavonoid yang berfungsi sebagai antijamur. Sifat anti-inflamasi dan antimikroba ini membuat propolis membantu penyembuhan luka. Satu studi menemukan bahwa propolis dapat membantu orang yang mengalami luka bakar traumatis sembuh lebih cepat dengan mempercepat pertumbuhan sel baru yang sehat. Studi lain menemukan bahwa ekstrak alkohol propolis topikal lebih efektif daripada krim steroid dalam mengurangi sel mast, yang berhubungan dengan peradangan dan memperlambat penyembuhan, pada luka operasi mulut.

2. Luka dingin dan herpes genital

Salep yang mengandung propolis 3 persen, seperti Herstat atau Coldsore-FX, dapat membantu mempercepat waktu penyembuhan dan mengurangi gejala pada luka dingin dan luka akibat herpes genital. Dikutip dari WebMD sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa mengoleskan salep atau krim yang mengandung 0,5% hingga 3% propolis lima kali sehari membantu luka dingin lebih cepat sembuh dan mengurangi rasa sakit.

Satu studi, dikutip dari Healthline, menemukan ketika propolis topikal dioleskan tiga kali sehari maka luka dingin bisa sembuh lebih cepat. Para peneliti menemukan krim propolis tidak hanya mengurangi jumlah virus herpes yang ada dalam tubuh seseorang, tetapi juga melindungi tubuh dari serangan herpes mulut di masa depan.

3. Kanker

Propolis telah disarankan untuk berperan dalam mengobati kanker tertentu juga. Menurut satu studi, beberapa efek anti-kanker dari zat ini bisa mencegah sel kanker berkembang biak, mengurangi kemungkinan sel menjadi kanker, hingga memblokade jalur yang mencegah sel kanker memberi sinyal satu sama lain. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa propolis bisa menjadi terapi pelengkap untuk kanker. Studi lain menemukan bahwa mengonsumsi propolis Cina dapat menjadi terapi pelengkap yang bermanfaat dalam mengobati kanker payudara karena efek anti tumornya pada sel kanker payudara.

4. Gangguan Pencernaan

Penelitian, dikutip dari Very Well Health, menunjukkan propolis dapat membantu mengobati gangguan pencernaan, termasuk kolitis ulserativa, kanker saluran cerna, dan bisul. Komponen dalam propolis, termasuk asam caffeic phenethyl ester (CAPE), artepillin C, kaempferol, dan galangin, telah terbukti efektif menghilangkan patogen, termasuk H. pylori. Namun, penelitian terbatas pada studi hewan dan kultur sel.

Hati-hati efek samping propolis

Meski punya manfaat segudang, efek sampingnya tetap ada. Anda yang menderita asma atau alergi terhadap produk sampingan lebah (termasuk madu), tumbuhan runjung, poplar, Peru balsam, dan salisilat disarankan untuk tidak menggunakan propolis. Beberapa ahli percaya bahan kimia tertentu dalam propolis dapat memperburuk asma.

Propolis juga dapat memperlambat pembekuan darah dan meningkatkan risiko perdarahan pada orang dengan gangguan perdarahan atau selama operasi. Untuk itu disarankan agar orang berhenti minum propolis 2 minggu sebelum menjalani operasi.

Baca juga: Ini 5 Hal yang Bisa Terjadi jika Terlalu Banyak Mengonsumsi Madu

 WEB MD | HEALTHLINE | VERY WELL MIND

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."