Najelaa Shihab, Kartini yang Menyalakan Harapan Pendidikan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Najeela Shihab. Dok Pribadi

Najeela Shihab. Dok Pribadi

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaNajelaa Shihab sedang berada di mobil ketika menerima telepon dari Cantika pada 14 April 2021 pukul 15.00. "Aku lagi mengantar anakku tes untuk kuliah di Australia," kata Najelaa saat itu.

Mengadakan rapat atau diskusi informal dari dalam mobil, ternyata sudah beberapa kali dilakukan pendiri Sekolah dan Rumah Main Cikal ini. Beberapa kali Najelaa mengantar keperluan anaknya, lalu ketika anaknya sedang melakukan kegiatan, Najelaa akan mengisi waktu dengan berdiskusi atau mengikuti rapat dari dalam kendaraan. "Karena semua rapat online, aku bisa tunggu anak tes 3 jam, dan aku langsung di mobil sambil rapat-rapat," kata Najelaa Shihab.

Seperti kebanyakan masyarakat umum di masa pandemi, Najelaa pun ikut tambah sibuk. Ia melakukan banyak koordinasi dengan instansi, komunitas pendidik atau relawan pendidikan serta pemerintah untuk membicarakan berbagai isu pendidikan. Sebelum ngobrol dengan Cantika, Ela, sapaan Najelaa, sudah melakukan 3 rapat dengan salah satu pemerintah daerah serta dua organisasinya. Setelah wawancara kami, masih ada pula 1 rapat yang menunggu kehadirannya membicarakan festival murid merdeka yang akan dilaksanakan secara online.

Najelaa Shihab

Najelaa Shihab sudah cukup lama mendalami dunia pendidikan. Pada 1999 ia sudah mendirikan Sekolah Cikal yang saat ini sudah beroperasi di 10 lokasi di Indonesia, ia pun mendirikan Keluarga Kita sebuah organisasi yang menyediakan materi pendidikan untuk orang tua dan keluarga. Lalu ia juga mendirikan Inibudi.org, program yang mendistribusikan video belajar ke berbagai daerah pelosok di tanah air. Ia dan tim pun fokus membuat advokasi dan mengkaji kebijakan pemerintah soal pendidikan di Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan, serta menggagas jaringan organisasi yang melakukan inovasi di ekosistem pendidikan dalam program Semua Murid Semua Guru.

Pada masa pandemi ini, Ela dan komunitas Semua Murid Semua Guru berhasil menyalurkan donasi tahap pertama sebesar Rp 1 miliar untuk menyediakan 10.000 paket materi belajar bagi anak-anak marginal yang memiliki keterbatasan akses belajar tanpa akses internet. Tidak selesai sampai di situ, Ela dan timnya pun ikut menyalurkan bahan ajar untuk digunakan para guru dan orang tua serta sekolah untuk menjadi sumber pembelajaran di masa pandemi.

Najelaa Shihab adalah satu dari enam perempuan yang kami pilih dalam Edisi Khusus Kartini Cantika.Com bertema Semangat Kartini Kala Pandemi. Perjuangannya meningkatkan pendidikan tidak hanya berfokus pada murid, namun juga guru, orang tua dan stake holder harapannya menjadi salah satu inspirasi bagi para pegiat pendidikan lainnya.

Dunia pendidikan salah satu bidang yang sangat berdampak akibat pandemi yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini. Ela mengatakan dampak pertama di dunia pendidikan adalah kesenjangan yang semakin parah terjadi sesudah pandemi. "Ada yang mendapat pendidikan yang lebih bagus di masa pandemi, sebaliknya ada yang semakin memburuk," katanya.

Beberapa siswa mendapatkan ilmu yang jauh lebih banyak ketika mereka harus menjalankan aktivitas belajar jarak jauh. Tentunya sumber daya teknologi yang mumpuni menjadi salah satu hak istimewa anak-anak bernasib baik ini. Disparitas terjadi bagi kelopok anak inklusi. Anak dengan kebutuhan khusus ini semakin sulit mendapatkan terapi di masa pandemi.

Masalah kedua, adalah kesehata sosial dan emosional para pelaku pendidikan, Kesehatan sosial anak terganggu karena jarang bisa bersosialisasi bersama teman-temannya, guru ada yang mengalami demotivasi. Sebagian orang tua pun mengalami tekanan pekerjaan tinggi yang berakibat pada anak.

Najeela Shihab. Dok Pri

Masalah ketiga adalah dalam hal teknologi. Menurut Ela, banyak orang pelajar yang fokus dalam hal pembagian kuota internet dari pemerintah. "Integrasi digital itu tidak hanya soal kuota atau data internet, gawai dan aplikasi. Tapi soal pedagoginya," kata Ela yang kerap memberikan pelatihan kepada para guru.

Masih banyak pelajar, guru dan orang tua yang belum paham soal penggunaan teknologi sebagai media belajar. Metode belajar paling baik sepeti apa.

Bagi guru, dampak pandemi lain lagi. Ela melihat bahwa pandemi ini menjadi salah satu momentum perubahan gaya mengajar guru. Dulu para guru muda yang mungkin pengalamannya baru 1-2 tahun kurang mendapatkan apresiasi dari guru senior karene manawarkan cara ajar baru. Namun di masa pandemi tidak ada satu guru pun yang berpengalaman dalam mengajar di masa pandemi. Alhasil para guru muda bisa terus melakukan inovasi tanpa cemooh seniornya, dan para guru mau tidak mau belajar kembali demi memberikan materi terbaik kepada anak muridnya. "Harapannya praktik baik para guru yang mau kembali belajar ini bisa terus dilakukan walau pandemi sudah selesai nanti," katanya.

Fokus Ela di masa pandemi tidak hanya kepada guru atau murid, namun juga kepada para orang tua. Komunitas Keluarga Kita giat memberikan pengajaran dan mendukung orang tua dalam mendampingi anak belajar. Selain itu, Ela pun kerap menawarkan para orang tua untuk bercerita secara singkat pada program Selasa Rahasia.

Interaksi yang dilakukan di Instagram Story itu ampuh membuat para orang tua menyampaikan keluh kesahnya tentang berbagai masalah kondisi keluarga yang pastinya berpengaruh pada pendidikan anak. Kegiatan iseng yang sudah berjalan selama 3 tahun terakhir dianggap Ela sebagai pertolongan pertama para orang tua yang pastinya mengalami tantangan dalam menjalani pendidikan di masa pandemi ini. Tidak disangka bahwa Selasa Rahasia juga memberikan dampak kepada para pembacanya untuk lebih mensyukuri kondisi mereka yang mungkin lebih baik dari kisah-kisah yang diunggah Ela. "Hal kecil ini pun kalau dilakukan secara konsisten bisa bermakna dan bermanfaat juga," katanya.

Ela sangat bersyukur ia dikelilingi tim kerja yang memiliki etos kerja baik. Sehingga berbagai kegiatan dan organisasi pun bisa berjalan dengan nyaris sempurna. "Tim kerja aku, lebih pekerja keras, dan pasionate di bidang pendidikan, dan mereka sumber belajar aku," katanya.

Najeela Shihab. Dok Pribadi

Kesibukan Ela berinteraksi dengan komunitas pendidikan, pemerintah, guru, murid serta keluarga murid itu tidak menghalanginya menyisihkan waktu dengan keluarga. Sebanyak apapun rapat virtual yang dilakukan Ela, ia menghentikan kegiatannya pada menjelang maghrib. "Itu Abi yang nyontohin, Maghrib harus sudah ada di rumah. Agar bisa salat Maghrib bersama dan di Ramadan sekaligus salat tarawih," kata Ela yang sering memulai rapat sejak pukul 7 pagi.

Untuk anak-anaknya pun ia berusaha untuk tetap dekat. Biasanya setiap pekan ibu tiga anak ini sudah memiliki jadwal 'kencan' berdua saja dengan salah satu dari tiga anaknya itu. Pada hari ulang tahun anaknya pun, biasanya Ela dan suami akan melancong bersama dengan anak yang berulang tahun. Waktu berkualitas itu diharapkan bisa memupuk hubungannya kepada ketiga anaknya.

Lahir dari keluarga pendidik membuat Ela mendapatkan banyak pelajaran berharga dari sang ayah, Quraish Shihab. Dari berbagai pelajaran itu, ada dua hal yang selalu diingatnya. Pertama, Ela mencontoh sang ayah yang selalu memberikan pilihan. "Aku tidak percaya konsep satu arah. Dalam menafsirkan Al-Quran, Abi juga biasanya memberikan pilihan makna dari pandangan A begini, dari pandangan B begitu. Memberikan pilihan (dalam mengambil keputusan) mengajarkan orang berpikir kritis.Aku niru banget dari sisi ini," kata Ela.

Pelajaran lain yang disarikan Ela dari Quraish Shihab adalah soal diskusi. Ela mengatakan kegiatan diskusi sangat sering dilakukannya bersama keluarga besar. Tidak jarang mereka berdiskusi soal humum, politik atau juga agama. "Kami memang sering ngobrol, saling dengerin dan kasih saran," kata Ela yang rumahnya tidak jauh dari rumah sang adik, Najwa Shihab dan Quraish Shihab.

Di Hari Kartini ini, Ela berharap agar semakin sedikit wanita yang mengalami putus sekolah. "Tingkat partisipasi sekolah perempuan sebelum masa pandemi sudah sangat baik. Semoga mereka kembali ke sekolah setelah pandemi usai," katanya.

Ela mengakui mendampingi anak belajar di masa pandemi tidak mudah. Ia pun menganjurkan agar para Kartini masa kini bisa mencari support sistem yang mendukung peran para wanita ini. "Kesuksesan itu bisa dicapai kalau kita berada di lingkungan yang mendukung," katanya.

Terakhir, Ela berpesan bahwa agar perempuan tidak gagap teknologi. Teknologi membantunya dalam berbagai hal termasuk menghemat waktu dan mempermudah pekerjaan. "Harapannya para perempuan bisa mendaya gunakan teknologi secara optimal. Jadi tidak gaptek lah," katanya.

Memperbaiki sistem pendidikan tentu tidak mudah dan membutuhkan waktu lama. Semua pihak harus bergotong royong mengambil perannya. "Tapi kami tetap nyalakan harapan dengan bekerja sama dan saling percaya," kata Najelaa Shihab.

Baca: Kartini, 25 Tahun untuk Selamanya

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."