Penulis dan Tokoh Feminis Mesir Nawal El Saadawi Wafat di Usia 89 Tahun

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Kinanti Munggareni

google-image
Nawal El Saadawi meninggal dunia pada Minggu, 21 Maret 2021 di usia 89 tahun. Sepanjang hidupnya ia mendedikasikan diri untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.

Nawal El Saadawi meninggal dunia pada Minggu, 21 Maret 2021 di usia 89 tahun. Sepanjang hidupnya ia mendedikasikan diri untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penulis dan feminis asal Mesir, Nawal El Saadawi meninggal dunia di usia 89 tahun pada Minggu, 21 Maret 2021. Sebelumnya, El Saadawi telah berjuang cukup lama melawan penyakitnya yang membuat dia harus dirawat di rumah sakit.

Nawal El Saadawi lahir pada 27 Oktober 1931 di desa Kafr Tahla, Mesir, dari keluarga berada. Selain dikenal sebagai seorang penulis dan novelis, ia juga merupakan seorang dokter dan psikater.

El Saadawi menjalani pendidikan kedokteran di Universitas Kairo pada tahun 1955. Ia melanjutkan pendidikan ilmu kesehatan di Universitas Columbia, New York, pada tahun 1966, dan Universitas Ayn Shams di Kairo pada 1972 hingga 1974.

Dijuluki sebagai Simone de Beauvoir dunia Arab, El Saadawi mendedikasikan hidupnya untuk memperjuangkan hak dan kesetaraan perempuan. Namun karena kejujuran dan kegamblangannya dalam menyampaikan pendapat, ia juga menjadi sasaran kemarahan, ancaman pembunuhan, dan harus dipenjara.

El Saadawi memang memiliki ciri feminisme yang blak-blakan. Dia menulis tentang topik kontroversial termasuk poligami dan sunat pada wanita, yang membuatnya mendapatkan banyak kritik sekaligus dikagumi di wilayah tersebut.

Dia pernah berkata, "Ketika Anda mengkritik budaya Anda sendiri, ada orang-orang dalam budaya Anda yang menentang Anda, yang berkata: 'Jangan tunjukkan kain kotor kami di luar.' Saya tidak percaya pada teori ini. Saya berbicara satu bahasa, baik di dalam negeri atau di luar. Saya harus jujur pada diri saya sendiri."

El Sadaawi mulai dikenal pada tahun 1972 setelah menulis buku yang melanggar tabu, yakni Women and Sex. Namun popularitasnya benar-benar meningkat setelah menulis Woman at Point Zero.

Buku yang pertama kali dirilis pada tahun 1975 dalam bahasa Arab ini, juga telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Perempuan di Titik Nol. Novel ini mengeksplorasi tema perempuan dalam masyarakat patriarki. Total ia telah menulis lebih dari 55 buku.

“Saya menulis dalam bahasa Arab. Semua buku saya dalam bahasa Arab dan kemudian diterjemahkan. Peran saya adalah mengubah orang-orang saya,” kata El Saadawi, yang menghadapi banyak ancaman pembunuhan sepanjang hidupnya, dikutip dari Al Jazeera.

Soal kontroversinya dengan pemerintah, dikutip dari Al Jazeera, El Saadawi pernah berkata: “Sadat memasukkan saya ke dalam penjara bersama dengan beberapa pria lainnya. Di bawah [Presiden lama Hosni] Mubarak, saya telah 'masuk daftar abu-abu'. Meskipun tidak ada perintah resmi yang melarang saya, saya tidak dapat tampil di media nasional - ini adalah aturan tidak tertulis. Tidak ada kesempatan bagi orang-orang seperti saya untuk didengarkan oleh orang-orang.”

Nawal El Saadawi pernah mendapatkan sejumlah penghargaan. Mulai dari North-South Prize dari Dewan Eropa pada 2004, Inana International Prize pada 2005, Honoris Causa dari dua universitas di Belgia, dan satu Honoris Causa dari universitas di Meksiko. Ia juga masuk dalam deretan BBC's 100 Women dan Time's 100 Women of the Year.

Menteri Kebudayaan Mesir, Inas Abdel-Dayem, turut berduka atas meninggalnya Nawal El Saadawi. Ia mencatat bahwa tulisan-tulisannya telah melahirkan gerakan intelektual yang hebat.

Baca juga: International Women's Day 2021, Sri Mulyani: Perempuan Berhak Menjadi Apa Saja

THE GUARDIAN | BBC | ALJAZEERA | EGYPTIAN STREETS | EGYPT TODAY | BRITTANICA 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."