Cara Mengatasi Dehidrasi, Tergantung Usia dan Tingkat Keparahannya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Kinanti Munggareni

google-image
Dehidrasi bukan hanya disebabkan dari kurang minum air. Diare, muntah, dan demam tinggi juga jadi penyebab tubuh mengalami kekurangan cairan. (Canva)

Dehidrasi bukan hanya disebabkan dari kurang minum air. Diare, muntah, dan demam tinggi juga jadi penyebab tubuh mengalami kekurangan cairan. (Canva)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Cara mengatasi dehidrasi yang tepat adalah dengan mengetahui penyebab yang mendasarinya. Ini akan memberikan Anda perawatan yang tepat. 

Penyebab dehidrasi

Ada banyak penyebab yang membuat Anda mengalami dehidrasi. Terlalu banyak berkeringat adalah salah satunya. Hal lain yang bisa jadi penyebab dehidrasi adalah muntah atau diare, serta mengonsumsi obat-obatan yang membuat anda banyak buang air kecil.

Diabetes dengan kadar gula darah tinggi juga menyebabkan peningkatan buang air kecil dan mungkin membuat Anda kehilangan cairan. Luka bakar yang membuat pembuluh darah bisa rusak dan menyebabkan cairan bocor ke jaringan sekitarnya juga bisa menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi.

Semua penyebab tadi membuat Anda kehilangan lebih banyak air dan elektrolit, yakni mineral penting dalam darah dan cairan tubuh. Jika ini terjadi, tubuh Anda akan kesulitan melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukannya.

Untuk kasus tertentu, dehidrasi bisa berbahaya dan dapat menyebabkan komplikasi serius. Berikut di antaranya:

  • Volume darah rendah - lebih sedikit darah menghasilkan penurunan tekanan darah dan penurunan jumlah oksigen yang mencapai jaringan; ini bisa mengancam nyawa.
  • Kejang - karena ketidakseimbangan elektrolit.
  • Masalah ginjal - termasuk batu ginjal, infeksi saluran kemih, dan akhirnya gagal ginjal.
  • Cedera akibat panas - mulai dari kram ringan hingga kelelahan akibat panas atau bahkan serangan panas.

Beberapa pasien dehidrasi membutuhkan cairan infus untuk mengatasi kondisi ini. 

Cara mengatasi dehidrasi

Hanya ada satu cara untuk mengatasi dehidrasi, yakni mengganti cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh Anda. Untuk kasus yang ringan, minum air putih saja cukup. Anda juga bisa meminum air yang mengandung tambahan elektrolit yang banyak dijual di pasaran. Hal lain yang bisa Anda konsumsi adalah jus buah dengan campuran banyak air, sup, atau kaldu asin.

Kondisi yang mendasari dan menyebabkan dehidrasi juga harus ditangani dengan obat yang sesuai. Ini mungkin termasuk obat yang tersedia untuk dibeli bebas atau online, seperti obat anti diare, antiemetik (berhenti muntah), dan obat anti demam.

Pendekatan terbaik untuk perawatan dehidrasi bisa tergantung pada usia, tingkat keparahan dehidrasi dan penyebabnya.

Bayi dan anak-anak

Untuk bayi dan anak-anak yang mengalami dehidrasi akibat diare, muntah, atau demam, gunakan larutan pengganti cairan oral yang dijual bebas. Larutan ini mengandung air dan garam dalam proporsi tertentu untuk mengisi kembali cairan dan elektrolit.

Mulailah dengan sekitar satu sendok teh setiap satu hingga lima menit dan tingkatkan porsinya sesuai yang dapat ditoleransi anak. Anda bisa menggunakan spet untuk anak-anak yang masih sangat kecil. Sementara untuk anak-anak yang lebih besar dapat diberikan minuman olahraga yang diencerkan. Gunakan 1 bagian minuman olahraga untuk 1 bagian air.

Orang dewasa

Kebanyakan orang dewasa dengan dehidrasi ringan sampai sedang akibat diare, muntah atau demam dapat memperbaiki kondisinya dengan minum lebih banyak air atau cairan lain. Diare dapat diperburuk dengan jus buah dan minuman ringan.

Jika Anda bekerja atau berolahraga di luar ruangan selama cuaca panas atau lembab, air dingin adalah pilihan terbaik Anda. Minuman olahraga yang mengandung elektrolit dan larutan karbohidrat juga bisa digunakan sebagai cara mengatasi dehidrasi pada tubuh.

Baca juga: Penyebab dan Gejala Dehidrasi, Anak-anak dan Lansia Paling Rentan Kurang Cairan

WEB MD | HEALTHLINE | MEDICAL NEWS TODAY

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."