10 Cara untuk Mendapatkan Tidur Berkualitas, Hindari Makan Pedas dan Manis

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Kinanti Munggareni

google-image
Orang dewasa butuh tidur 7-8 jam sehari untuk menjaga kesehatan dan imunitas tubuh. (Canva)

Orang dewasa butuh tidur 7-8 jam sehari untuk menjaga kesehatan dan imunitas tubuh. (Canva)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tidur berkualitas dibutuhkan semua orang untuk menjaga kebugaran tubuh. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si mengatakan terdapat sejumlah indikator yang menandakan tidur berkualitas, di antaranya mampu terlelap kurang dari 30 menit.

"Tidur yang berkualitas misalnya dapat tertidur dalam waktu 30 menit atau kurang," ujar dr. Inggrid dalam acara peluncuran produk Antangin Good Night yang digelar virtual, Rabu.

Tanda lainnya bahwa tidur telah memiliki kualitas baik menurut dr. Inggrid adalah tidak terbangun di tengah malam. Jikapun terbangun, maka hal itu tidak terjadi lebih dari satu kali.

Tidur pun dapat dikatakan berkualitas apabila setelah terbangun di malam hari, dapat kembali terlelap dalam waktu 20 menit setelah terbangun.

Adapun terkait kuantitas tidur, dr. Inggrid mengatakan kebanyakan orang dewasa membutuhkan tujuh hingga sembilan jam tidur di malam hari.

Baca juga: Tidur Berkualitas Bantu Jaga Sistem Imun Tubuh Selama Pandemi

"Tetapi kebutuhan kuantitas tidur setiap individu bisa saja berbeda. Ada yang butuh enam jam, ada pula yang butuh sepuluh sampai sebelas jam tidur di malam hari," kata dr. Inggrid.

Sementara itu, Praktisi Kesehatan Tidur dr. Andreas Prasadja mengatakan kualitas tidur yang baik berperan penting pada kesehatan tubuh dan produktivitas sehari-hari.

Namun pada kenyataannya, banyak orang dewasa saat ini, terutama di masa pandemi COVID-19, mengalami sulit tidur karena stres, kesibukan yang tinggi, serta pola hidup tidak sehat.

Bahkan, kata dia, sebuah penelitian menunjukkan bahwa salah satu masalah kesehatan yang banyak dikeluhkan oleh penyintas COVID-19 adalah gangguan tidur.

“Gangguan tidur yang dialami orang dewasa umumnya ditandai dengan rasa mengantuk di siang hari, kesulitan tidur di malam hari, sering terbangun di tengah malam, serta siklus tidur dan bangun tidak teratur," kata dr. Andreas.

Praktisi kesehatan tidur dr. Andreas Prasadja menyampaikan 10 langkah mudah untuk memperoleh tidur yang sehat dan berkualitas.

"Yang pertama perbaiki waktu tidur dan bangun," ujar dr. Andreas dalam acara peluncuran produk Antangin Good Night yang digelar virtual, Rabu.

Langkah berikutnya dengan memperbaiki waktu tidur siang. Usahakan durasi waktu tidur siang tidak lebih dari 45 menit.

Tidur sehat dan berkualitas dapat diperoleh dengan tidak merokok dan menghindari konsumsi alkohol berlebih sebelum jam tidur. Hindari pula mengonsumsi kafein, termasuk kopi, teh, soda, dan cokelat 12 jam sebelum tidur.

Hindari pula makanan berat, pedas, dan manis empat jam sebelum tidur. Namun, kata dr. Andreas, mengonsumsi cemilan ringan sebelum tidur masih diperbolehkan.

"Keenam, olahraga teratur. Langkah ketujuh menggunakan alas tidur yang nyaman," kata dr. Andreas.

Mengatur temperatur yang nyaman dan menjaga agar kamar memiliki sirkulasi udara yang baik juga membantu mendapatkan tidur sehat dan berkualitas.

Langkah kesembilan, kata dia, dengan mematikan cahaya dan menjauhi kebisingan yang mengganggu.

Langkah terakhir yakni menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur, bukan dijadikan sebagai ruang kerja atau ruang rekreasi.

dr. Andreas mengatakan orang yang memiliki gangguan tidur harus segera ditangani untuk menghindari dampak yang lebih buruk ke depan.

"Gangguan tidur yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan risiko kelelahan mental, tidak fokus, dan munculnya penyakit lain seperti hipertensi dan penyakit jantung," kata dia.

Baca juga: 10 Manfaat Tidur Telanjang, Bisa Hilangkan Stres dan Kecemasan

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."