CDC Anjurkan Minum Teh Hijau usai Disuntik Vaksin Covid-19

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi teh hijau. Pixabay.com/Free-Photos

Ilustrasi teh hijau. Pixabay.com/Free-Photos

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Usai vaksin Covid-19, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat merekomendasikan minum teh hijau. Apa alasannya?Melansir laman Eat This, Not That!, CDC merekomendasikan teh hijau lantaran minuman tersebut memiliki kandungan antioksidan tinggi.

Minum teh hijau disebut sebagai cara terbaik untuk rehidrasi tubuh setelah vaksin Covid-19. Seperti diketahui, penerima vaksin apapun akan mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi, terlebih ketika mengalami efek samping berupa demam. Teh hijau juga memiliki senyawa yang disebut katesin yang merupakan antioksidan yang sangat kuat.

Di sisi lain, CDC menyatakan teh hijau dipercaya mampu melawan Covid-19. Hal tersebut merujuk pada sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers pada 2020.

Jurnal tersebut menunjukkan teh hijau mengandung beberapa senyawa kimia yang mampu menghambat fungsi salah satu enzim utama dalam virus corona penyebab Covid-19. Apabila enzim tersebut kehilangan fungsinya, virus tidak dapat lagi bereplikasi dan menyebar ke seluruh tubuh.

Minum teh hijau juga menawarkan sejumlah manfaat kesehatan lain. Penelitian menunjukkan teh hijau mampu mengurangi risiko kematian akibat diabetes dan memulihkan orang dari serangan jantung serta stroke.

Teh hijau juga dapat meningkatkan pembakaran lemak saat berolahraga serta meningkatkan pembakaran kalori saat istirahat.

Selain teh hijau, CDC merekomendasikan untuk minum banyak air. Sebab cairan penting untuk pemulihan setelah mendapatkan vaksin Covid-19. Hidangan yang memiliki kandungan air tinggi juga mendukung menambah kekebalan tubuh. 

Baca juga:

Usai Vaksin Covid-19, CDC Sarankan Konsumsi Makanan Berikut

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."