6 Puisi Cinta Paling Epik Sepanjang Masa

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Kinanti Munggareni

google-image
Puisi cinta jadi salah satu medium untuk mengungkapkan perasaan. Canva

Puisi cinta jadi salah satu medium untuk mengungkapkan perasaan. Canva

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta

Lupakan hadiah hari Valentine yang mahal. Entah cokelat, makan malam fancy di restoran, ataupun cindera mata yang mungkin menguras uang tabungan. Sepucuk puisi cinta yang ditulis dengan sepenuh hati mungkin akan langgeng hingga bertahun-tahun yang akan datang.

Di tengah dunia yang serba cepat, penuh kecanggihan teknologi, dan intrik media sosial, secarik puisi romantis akan memberi warna pada hubunganmu dengan kekasih hati. Tak peduli lama waktu yang telah dijalani bersama, dua bulan atau 20 tahun.

Masalahnya, tak semua orang mahir menuliskan kata-kata romantis. Tapi jangan pernah takut untuk mencoba. Berikut sejumlah puisi cinta yang bisa jadi inspirasimu.  

How Do I Love Thee? 

oleh Elizabeth Barrett Browning

How do I love thee? Let me count the ways.

(...)

With my lost saints. I love thee with the breath,

Smiles, tears, of all my life; and, if God choose,

I shall but love thee better after death

Tengoklah puisi klasik ini. Baitnya dimulai dengan “bagaimana aku mencintaimu? Biarkan aku menghitung caranya”. Tentu ini adalah sebuah pertanyaan retoris yang tak perlu jawaban karena jelas apapun akan dilakukan untuk orang yang dicintai. Soneta yang bercerita tentang cara mencintai ini diakhiri dengan kalimat “Aku akan mencintaimu lebih baik setelah kematian”. Ini adalah kiasan cinta yang sangat epik, yakni bahwa cinta melampaui kehidupan itu sendiri.

When You Are Old

oleh William Butler Yeats

How many loved your moments of glad grace,

And loved your beauty with love false or true,

But one man loved the pilgrim soul in you,

And loved the sorrows of your changing face;

William Butler Yeats adalah seorang penyair Irlandia, senator, penerima hadiah Nobel, dan pria yang sangat percaya pada hantu. Sosok Yeats boleh nyentrik, tapi puisinya bisa dibilang sebagai hadiah terbaik dari pujangga terkenal di abad ke-20. Lewat puisi berjudul “When You Are Old”, ia berbicara tentang segala cinta yang patut dikenang.

[i carry your heart with me(i carry it in]

oleh EE Cummings

no fate(for you are my fate,my sweet)i want

no world(for beautiful you are my world,my true)

and it’s you are whatever a moon has always meant

and whatever a sun will always sing is you

Nama penyairnya cukup aneh, ya. Ia adalah sosok penyair dan pelukis Amerika yang pertama kali menarik perhatian di zaman eksperimen sastra, terutama untuk tanda baca dan ungkapannya yang tidak biasa. Puisi ini penuh dengan sentimen, perasaan mendalam dan mampu membuat hati lemah. 

Love Sonnet XI

oleh Pablo Neruda

I crave your mouth, your voice, your hair.

Silent and starving, I prowl through the streets.

Bread does not nourish me, dawn disrupts me, all day

I hunt for the liquid measure of your steps.

I hunger for your sleek laugh,

your hands the color of a savage harvest,

hunger for the pale stones of your fingernails,

I want to eat your skin like a whole almond.

I want to eat the sunbeam flaring in your lovely body,

the sovereign nose of your arrogant face,

I want to eat the fleeting shade of your lashes,

and I pace around hungry, sniffing the twilight,

hunting for you, for your hot heart,

like a puma in the barrens of Quitratue.

Siapa yang bakal tidak menggemari puisi cinta Neruda? Bahkan saat pertama kali membacanya. Salah satu aspek puisi Neruda adalah lompatan logika yang dia ambil dalam memaknai "sinar matahari yang menyala di tubuh indahmu" dan menjadi puma untuk dirinya sendiri. 

Unending Love

oleh Rabindranath Tagore

I seem to have loved you in numberless forms, numberless times…

In life after life, in age after age, forever.

My spellbound heart has made and remade the necklace of songs,

That you take as a gift, wear round your neck in your many forms,

In life after life, in age after age, forever.

Puisi favorit Audrey Hepburn ini ditulis oleh sang penyair asal Bengali. Mudah untuk melihat mengapa pemeran Breakfast at Tiffany’s ini menyukainya. Puisi Tagore memang memiliki bagian refrain yang bagus dalam sebuah puisi. Namun yang benar-benar menarik adalah sifat epik dari puisi cinta ciptaannya.

When I Too Long Have Looked Upon Your Face

oleh Edna St. Vincent Millay

When I too long have looked upon your face,

Wherein for me a brightness unobscured

Save by the mists of brightness has its place,

And terrible beauty not to be endured,

I turn away reluctant from your light,

Banyak orang bilang, penyair adalah mereka yang pandai dalam memainkan metafora bahasa. Menggunakan satu imajinasi analogi untuk bercerita tentang analogi yang lain. Dalam puisi ini, Millay membandingkan memandang wajah kekasihnya dengan memandang cahaya matahari yang menyilaukan.

Nah, itu tadi deretan karya yang bisa jadi inspirasimu dalam menulis puisi cinta. Pilih bagian yang kamu suka, ambil secarik kertas, dan segera tuliskan puisi pertamamu. Kamu juga bisa mengutip lirik yang benar-benar mewakili suara hatimu saat ini.

Baca juga: Surat Cinta Para Pesohor Ini Bisa Jadi Inspirasi Kado Valentine Unik

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."