Tips Menghadapi Anak yang Gengsi Minta Maaf

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi anak meminta maaf. Shutterstock

Ilustrasi anak meminta maaf. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sikap anak setelah berbuat salah bisa berbeda-beda. Ada yang langsung meminta maaf, ada yang minta maaf sambil lalu, dan ada yang cuek saja seolah tidak terjadi apa-apa. Sikap yang berbeda ini tergantung dari apa persepsi anak tentang kata maaf.

Anak yang cuek saja bisa jadi bukan tidak mau meminta maaf, melainkan tidak menyadari kalau apa yang dilakukan melukai atau menyakiti orang lain. Namun sikap cuek itu juga bisa saja disengaja. Anak gengsi meminta maaf karena mungkin berpikir meminta maaf sama dengan kalah, lemah, atau inferior.

Psikolog Principal Child Psychologist Tentang Anak, Grace Eugenia Sameve mengatakan pemahaman tentang pentingnya meminta maaf dan berterima kasih mesti ditanamkan sejak dini. Namun jika anak yang sudah agak besar gengsi meminta maaf, maka orang tua sebaiknya memberikan stimulasi yang tepat.

"Anak yang sudah lebih besar tetap harus belajar meminta maaf dan mengucapkan terima kasih," kata Grace dalam peluncuran buku seri Sikap Baik berjudul Terima Kasih dan Maaf secara virtual pada Selasa, 15 Desember 2020. Orang tua dapat memberikan stimulasi yang sesuai dengan usia dan tumbuh kembang anak.

Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Peoplecreations

Jika anak sudah agak besar, maka jangan menstimulasi tentang meminta maaf dan terima kasih yang kekanak-kanakan. Pada anak yang sudah agak besar, orang tua tak perlu mesti mencari metode yang tepat supaya anak memahami pesannya tanpa menggurui. Hindari cara menghardik atau memaksa anak meminta maaf saat itu juga.

Dan yang tak kalah penting bagi anak di usia berapapun adalah contoh. Jika nasihat supaya anak tak gengsi meminta maaf tidak mempan, maka orang tua harus mencontohkan dengan perilaku dan menjadikannya kebiasaan. "Sebab kalau tidak biasa akan lebih sulit meminta maaf," ucap dia.

Contoh dari orang tua yang menjadi kebiasaan ini, menurut Grace, akan membuat anak memahami dan turut terbiasa melakukannya tanpa beban. "Anak juga jadi cepat belajar sikap-sikap baik," katanya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."