Dokter Falla Adinda Bedakan Kelompok Belum Paham dan Menolak Memahami Covid-19

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Dokter Falla Adinda. Foto: Instagram @adindafala

Dokter Falla Adinda. Foto: Instagram @adindafala

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dokter Falla Adinda sadar betul memiliki banyak pengikut di media sosial berarti dia punya kekuatan untuk berbagi informasi tentang pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Meski begitu, konsekuensinya dia harus berada di dunia nyata dan dunia maya sekaligus.

Di dunia nyata, dokter Falla Adinda harus menghadapi pasien, sedangkan di dunia maya meladeni netizen yang memang ingin tahu tentang apa dan bagaimana bahaya Covid-19, bahkan orang yang sengaja ingin mengajak berdebat. Buat warganet, dokter Falla membaginya menjadi dua kelompok.

Arus informasi yang liar di media sosial telah membuat para pengikutnya terbelah. Ada yang memang belum mengerti tentang Covid-19 dan bahayanya. "Kepada kelompok ini, edukasi lebih mudah dilakukan," kata Falla Adinda saat dihubungi pada Sabtu 8 Agustus 2020. "Tapi, buat mereka yang menolak untuk mengerti tentang Covid-19, saya menghindari debat yang tidak perlu."

Dokter Falla Adinda. Foto: Instagram @adindafala

Perempuan 30 tahun ini memutuskan menjadi relawan medis di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, dan bertugas di sana selama dua bulan saat wabah merebak Maret 2020. "Saya harap keikutsertaan di Wisma Atlet bisa memberikan informasi yang benar dan kredibel tentang pandemi kepada masyarakat," kata Falla.

Falla Adinda menggunakan Twitter dan Instagram untuk berbagi informasi. Dengan pengikut di Twitter mencapai 183 ribu, dokter yang rajin mencuit tentang tip berolahraga di masa pandemi Covid-19 ini mengkampanyekan pentingnya menjaga jarak, memakai masker, dan membersihkan tangan. "Saya memiliki cukup suara di media sosial dan memakai kekuatan itu," ujarnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."