Tips Menyapih tanpa Trauma, Perhatikan Tanda-tanda Kesiapan Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mila Novita

google-image
Ilustrasi menyusui. factretriever.com

Ilustrasi menyusui. factretriever.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Proses menyusui sangat emosional bagi ibu dan anak. Jadi jangan heran jika setelah melewati masa dua tahun, kadang-kadang sulit menyapih anak untuk membiasakan mereka minum susu dari gelas atau botol. Jika tak berhati-hati, proses ini bisa menimbulkan trauma bagi anak.  

Dokter spesialis anak RSAB Harapan Kita Eva Devita Harmoniati mengatakan bahwa apabila seorang ibu terlewat momen menyapih, itu mempengaruhi mental anak. Mereka jadi sulit membuat anak mandiri sehingga terus bergantung pada ibu. Pemberian ASI secara langsung maksimal sampai umur anak 3 tahun.

Meski ada momennya, menyapih anak tidak sembarangan dilakukan, harus melihat tanda kesiapan yang muncul pada anak.

“Saat anak sudah beraktivitas sendiri tanpa ibunya jadi dia sudah bisa lepas dari ibu. Ketika anak mau tidur atau kesakitan dia tidak mencari ibunya itu menjadi pertanda anak bisa disapih,” paparnya dalam siaran langsung Instagram @RadioKesehatan, Rabu, 29 Juli 2020.

Dia menuturkan bahwa menyapih anak perlu dilakukan secara bertahap. Bisa dengan cara disapih dengan mengurangi frekuensi anak menyusu atau mengurangi durasi menyusu. Bisa juga dengan menawarkan pengganti air susu ibu atau ASI misalnya makanan atau cemilan.

“Intinya kita mengalihkan perhatian anak pada jam-jam menyusu, apabila di malam hari bisa juga melakukan aktivitas yang bisa membuat anak relax seperti membacakan buku atau minta ditemani ayah pada saat tidur,” katanya.

Proses penyapihan anak ini juga tidak bisa instan, bisa berlangsung hitungan minggu bahkan dalam hitungan bulan, sehingga ibu harus selalu bersabar.

Ada pula beberapa kondisi ibu bisa menunda menyapih anak, seperti snak sakit seperti tumbuh gigi susah makan, ibu boleh menunda untuk beberapa waktu sampai sehat, ada perubahan dalam kondisi keluarga yang bisa membuat anak stres, atau ibu khawatir anak ada alergi

Yang perlu diingat, tingkat kematangan emosional anak berbeda, tidak bisa disamakan satu anak dengan anak lain. Prosesnya tidak bisa sama.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."