Wanita Lebih Rentan Alami Broken Heart Syndrome Menurut Dokter

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita sedih/putus cinta. Shutterstock.com

Ilustrasi wanita sedih/putus cinta. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Salah satu efek dari putus cinta adalah bersedih. Namun dokter mengingatkan agar tak sedih berkepanjangan sebab bisa memicu gangguan jantung. Terlebih lagi untuk wanita yang lebih berisiko mengalaminya. 

Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Vito Anggarino Damay, penyakit jantung yang berkaitan dengan putus cinta ini dinamakan broken heart syndrome atau cardiomyopathy.

Orang yang mengidap penyakit ini biasanya mengalami sakit pada dada atau sesak napas, dan terjadi tiba-tiba setelah ada hal yang dirasakan sangat membuat sedih, atau membuat orang tersebut kaget hampir mengalami pukulan secara psikologis. 

"Salah satunya mengalami ditinggal pasangannya mendadak, atau alami kesedihan luar biasa," katanya pada Selasa, 21 Juli 2020. 

Ada hal lain yang perlu dikhawatirkan saat alami broken heart syndrome, yakni terjadinya gangguan irama jantung hingga gagal jantung yang menetap.

Oleh karena itu, apabila mengalami gejala seperti sakit dada atau sesak napas usai mengalami tragedi yang menyedihkan, Vito menyarankan untuk memeriksakan kesehatan jantungnya. Biasanya orang yang punya kelemahan otot jantung karena broken heart syndrome bisa diketahui melalui elektrokardografi (EKG).

Perlu juga untuk berpikir positif dan melanjutkan hidup atau mencari pasangan yang baru. "Jangan terlalu baper (terbawa perasaan), kesedihan ada batasnya dan akan segera berlalu," tegas Vito.

Dokter Vito juga mengungkapkan broken heart syndrome paling banyak menyerang perempuan, terutama pada usia 50-60 tahun.

Meski demikian, gangguan jantung ini memiliki angka kesembuhan tinggi. Kondisi jantungnya bisa kembali seperti semula dengan bantuan obat-obatan dan bahkan bisa sembuh sendiri. "Kemampuan jantung memompa darah bisa kembali terjaga dan pulih," ungkapnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."