Mengenang Nurhasanah, Pengisi Suara Doraemon Lebih dari 2 Dekade

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Nurhasanah, pengisi suara karakter Doraemon selama 24 tahun, di kediamannya, Bekasi, Maret 2017. ANTARA/Nanien Yuniar

Nurhasanah, pengisi suara karakter Doraemon selama 24 tahun, di kediamannya, Bekasi, Maret 2017. ANTARA/Nanien Yuniar

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dunia hiburan Indonesia kembali berduka. Nurhasanah, pengisi suara Doraemon berbahasa Indonesia, meninggal pada Ahad, 12 Juli 2020. Ia dikabarkan mengidap stroke sejak 2017. Kepergiannya menyusul rekannya pengisi suara Shizuka, Prabawati Sukarta, yang wafat pada 15 Juni 2020 silam setelah mengidap penyakit ginjal. 

Ia mulai mengisi suara Doraemon selama 25 tahun atau lebih dari dua dekade sejak 1993. Kala itu ia diajak oleh Prabawati yang tak lain adalah rekan kerjanya di Radio Republik Indonesia (RRI). Prabawati sendiri sudah mengisi suara Shizuka sejak serial kartun asal Jepang itu ditayangkan pertama kalinya pada 1989 oleh Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI).

Pada 2018, Nurhasanah tak lagi menjadi pengisi suara Doraemon. Tugasnya digantikan oleh salah satu anak lelakinya, Dana Robbyansyah, yang suaranya hampir mendekati suara serak khasnya.

Berkarier sebagai pengisi suara Doraemon selama lebih dari dua dekade membuat sosok Nurhasanah tak bisa dilepaskan dari karakter robot kucing dari abad ke-22 itu. Teman-temannya di RRI dalam kesehariannya memanggilnya "Dora", "Emon", atau "Doraemon". Karena karakter itu sudah melekat dengan dirinya secara otomatis dia menoleh ketika dipanggil demikian.

Saat anak-anaknya masih belia, mereka kerap bercerita mengenai profesi ibunya kepada teman-teman. Walhasil, Nurhasanah diminta menirukan suara Doraemon saat teman-teman anaknya yang berkunjung ke rumah. Hal yang sama juga kerap terjadi saat para mahasiswa berkunjung ke RRI. Temu penggemar dadakan kerap dilakoninya di masa itu.

Ibu beranak tiga ini bahkan dipanggil oleh cucunya dengan panggilan "Mama Emon". Awalnya cucu-cucunya hanya memanggilnya "Mama", tetapi setelah ada saudara-saudaranya memanggil "Eyang Emon" cucunya ikut mengubah panggilannya menjadi "Eyang Emon".

Kelekatan Nurhasanah dengan Doraemon membuat kediamannya di Pondok Gede, Bekasi dihiasi oleh pernak-pernik Doraemon. Mulai dari boneka, bantal, hingga ubin bergambar Doraemon di dinding teras rumahnya.

Ubin unik tersebut dibeli oleh suami Nurhasanah di salah satu toko keramik di bilangan Senayan, Jakarta Selatan. Adapun, untuk pernak-pernik lainnya sebagian besar merupakan kado dari saudara, rekan, atau penggemarnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."