Jurus Paling Sederhana Supaya Anak Mau Makan Sayur

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi ibu dan anak makan sayur. shutterstock.com

Ilustrasi ibu dan anak makan sayur. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Anak susah makan sayur? Itu pengalaman yang biasa dialami oleh banyak orang tua. Bahkan tak sedikit orang tua yang frustrasi karena khawatir pertumbuhan buah hatinya terganggu lantaran kurang asupan nutrisi.

Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang pediatri sosial di Rumah Sakit Pondok Indah - Pondok Indah, Catharine Mayung Sambo menyampaikan beberapa cara sederhana agar anak mau makan sayur. Yang pertama harus dilakukan adalah mengenalkan.

Mengenalkan makanan di sini maksudnya adalah memberitahu nama, bentuk, dan manfaat konkretnya bagi tubuh. Dengan begitu akan memahami kenapa dia mesti mengkonsumsi sayur tersebut.

"Dikenalkan, lalu setelah dia habiskan kita beri apresiasi," kata Catharine dia dalam diskusi daring pada Rabu, 24 Juni 2020. Apresiasi yang diberikan juga tak perlu berlebihan. Memuji anak, memberikan ciuman atau jempol, juga sekadar tos akan membuat anak senang.

Ilustrasi anak makan buah dan sayur. Shutterstock

"Itu akan terdaftar ke sistem memori anak sebagai pengalaman baru yang positif. Semakin sering diulang akan menjadi habit system," ujar dia. Pengulangan secara konsisten membuat hal baik terdaftar di dalam sistem otak bawah sadar.

Nantinya, saat anak melihat sayuran dia akan langsung ingat pengalaman positif tadi. "Ketika dia baru surfing lalu lihat itu sayur dia akan langsung ter-trigger 'oh ini dulu saya waktu pertama coba ini diapresiasi keluarga kalau dihabiskan'. Ini jadi isyarat dia kalau ini hal baik dan harus saya habiskan," kata Catharine.

Yang tak kalah penting adalah perhatian orang tua. Ketika anak sedang makan, sebaiknya orang tua jangan sibuk memainkan ponsel, menonton, atau melakukan kegiatan lainnya. Fokus pada apa yang dilakukan anak dan ikutlah makan sayur dengannya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."