Pesan Makanan di Kulina: Hanya Order Makan Siang, Telat Gratis

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Layanan pesan makanan Kulina. Foto: Kulina.id

Layanan pesan makanan Kulina. Foto: Kulina.id

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Memiliki pengalaman dalam bisnis kuliner, tak sulit bagi Andy Fajar Andika untuk membuat inovasi pada layanan jasa tersebut. Tak seperti restoran biasa yang membuka gerai dan menyajikan hidangan, sarjana teknologi informasi Universitas Gadjah Mada itu membuat aplikasi digital yang memudahkan pengunjung memesan sajiannya.

Hal itu dia wujudkan pada 2015 melalui Kulina, perusahaan rintisan (start-up) digital di bidang kuliner. Kulina kini berkembang menjadi platform e-commerce khusus makanan. Melalui Kulina, konsumen cukup memakai telepon pintar untuk memesan makanan. Tapi Kulina hanya menyediakan menu untuk santap siang. ”Pasarnya lebih jelas. Berbeda dengan menu sarapan atau makan malam lantaran sebagian orang tidak memesannya karena urusan diet,” kata dia.

Kulina menyediakan ratusan menu makanan. Konsumen bisa memesan menu itu melalui skema pre-order sehari sebelumnya. Untuk bisa menikmati menu tersebut, pelanggan diharuskan membayar makanannya pada pukul 19.00 sehari sebelumnya. “Kami jamin diantar sebelum pukul 12.00 siang. Kalau telat, kami kasih gratis,” kata Andy. Kunci agar pengantaran makanan cepat dan akurat ada di algoritma dan machine learning yang bisa menentukan rute tercepat. Andy mengklaim rasio keterlambatan barang kiriman tak sampai 1 persen dari total pengiriman.

Dengan skema pre-order, kata Andy, operasi dapurnya lebih efisien, terutama dalam pengadaan bahan baku. Dia mengaku mendapat inspirasi dari restoran piza yang membuka unit khusus untuk melayani pesan antar makanan. Membuka gerai online pun menjadi pilihan karena dinilai hemat biaya dan fleksibel. ”Tidak seperti restoran yang terbatas kapasitasnya, begitu kursi penuh tidak bisa diapa-apakan lagi,” kata dia.

Sejak 2016, pesanan makanan kian deras. Kapasitas produksi dapur Kulina pun tak memadai. Andy dan timnya pun bekerja sama dengan beberapa mitra sebagai penyedia masakan. Kulina menerapkan standar yang ketat bagi para mitranya, seperti kemampuan menyediakan 300-500 porsi sehari dan memiliki dapur yang higienis. Dapur para mitra, kata Andy, harus berada jauh dari kamar mandi. Para pekerja dapur juga wajib menggunakan alat pengaman, seperti sarung tangan, penutup mulut, dan penutup rambut. “Kami melatih mereka mengemas makanan agar higienis,” katanya.

Empat tahun berjalan, Andy mengklaim usahanya lancar. Kulina mencetak order 10 ribu porsi per hari. Harga makanannya mulai dari Rp 25 ribu sudah termasuk ongkos kirim untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Andy optimistis bisnisnya bisa terus berkembang. Dia mengatakan pandemi Covid-19 menyebabkan pemesanan membeludak hingga dua kali lipat. “Sekarang orang pesan makanan untuk porsi komunal. Operasi mitra kami pun menjadi semakin efisien,” katanya.  

Analis data dari Moka, Hutami Nadya, mengatakan pandemi Covid-19 menjadi peluang bagi pengusaha kuliner yang menyediakan layanan pesan antar. Sebaliknya, data Moka menyebutkan transaksi di restoran, kafé, dan gerai sejenisnya turun 60 persen dari hari biasa.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."