Lebih Sering Ngemil saat WFH, Tanda Emotional Eater

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita makan makanan manis. Unsplash/Thomas Kelley

Ilustrasi wanita makan makanan manis. Unsplash/Thomas Kelley

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sejumlah orang mengungkapkan lebih sering ngemil selama bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Ngemil sudah menjadi bagian hidup masyarakat. Menurut studi konsumen bertajuk "The State of Snacking" yang dilakukan Mondelez di Indonesia dan 11 negara lainnya ditunjukkan orang Indonesia 23 persen lebih banyak daripada rata-rata global.

Selain itu, disebutkan pula bahwa rata-rata orang Indonesia bergantung pada camilan untuk memenuhi kebutuhan mental dan emosional. Psikolog Klinis Tara De Thouars mengatakan bahwa kebiasaan ngemil berlebih memang sangat rentan terjadi selama WFH di masa pandemi virus corona baru atau Covid-19 ini.

"Hal tersebut dipicu oleh rasa bosan atau kondisi emosi tidak stabil dikarenakan perubahan kebiasaan yang mendadak, ataupun ketakutan akan pandemi itu sendiri. Cara ngemil seperti ini lebih dikenal dengan sebutan emotional eater," kata Tara dalam keterangan pers di Jakarta pada Rabu 13 Mei 2020.

Saat tekanan emosional hadir, Tara menjelaskan bahwa tubuh seolah memberikan sinyal yang mirip seperti rasa lapar.

"Sebenarnya sinyal tersebut hanyalah respons terhadap perasaan yang menjadi pelarian dari emosi negatif. Jika dorongan tersebut terus diikuti, tentu tubuh akan kelebihan asupan dan tentunya akan semakin berisiko jika dilakukan secara berulang," kata Tara.

Tara menyarankan agar ngemil bisa dilakukan dengan lebih bijak agar mendapatkan kepuasan dalam mengonsumsi camilan sehingga tidak menimbulkan penyesalan setelahnya. 

"Kegiatan ngemil sebaiknya dilakukan secara sadar agar manfaat bisa didapatkan. Makanlah secara perlahan dan nikmati setiap gigitannya. Ajak seluruh indera tubuh Anda terlibat, mulai dari memperhatikan bentuk, mencium aroma, menikmati rasa, hingga sensasi suara saat menggigit atau mengunyah camilan," tutur Tara.

Tara menjelaskan bahwa kebiasaan ngemil sesungguhnya bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan kalori harian dan menjaga stabilitas metabolisme tubuh, asal dilakukan dengan bijak.

Selama bulan Ramadan, kebiasaan ngemil pun perlu disesuaikan mengingat terbatasnya waktu makan. Namun, sebagian orang terkadang tidak bisa makan banyak saat sahur ataupun berbuka sehingga lebih berisiko akan kekurangan asupan kalori. Padahal kebutuhan kalori harian tubuh tetap sama, baik berpuasa ataupun tidak.

Khrisma Fitriasari selaku Head of Corporate Communication Mondelez Indonesia mengatakan "ngemil" bijak bisa dimulai dengan cara memilih camilan yang tepat, bijak memilih waktu yang tepat, dan menikmati camilan secara baik.

"Menyadari apa yang kita cemil, dan mengonsumsinya dengan penuh perhatian adalah inti dari ngemil lebih bijak," ungkap Khrisma.

Ngemil bijak bisa dilakukan dengan tiga cara sebagai berikut:

1. Kenali isyarat tubuh mengapa Anda ingin ngemil, misalnya apakah karena lapar atau perlu untuk mengembalikan mood atau suasana hati.

2. Pilih camilan yang tepat berdasarkan isyarat tubuh tersebut, tentunya dengan memperhatikan porsi camilan dan waktu ketika Anda ngemil.

3. Perhatikan bagaimana Anda ngemil, dengan memaksimalkan semua indera Anda, karena Anda akan dapat mengenali isyarat tubuh, kapan harus berhenti ngemil.

"Oleh karenanya, sebaiknya ngemil tidak dilakukan sambil berkegiatan lain, misalnya main gawai," saran Khrisma. 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."