Ini Pemicu Pasien COVID-19 Kehilangan Indera Perasa

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita menunjukkan lidah. Unsplah.com/Hayes Potter

Ilustrasi wanita menunjukkan lidah. Unsplah.com/Hayes Potter

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sejumlah gejala yang menunjukkan terinfeksi virus corona baru atau COVID-19, yaitu demam di atas 38 derajat Celcius, batuk kering, kelelahan, menggigil berulang, sakit otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, hingga sesak napas. Selain itu, ada pula ciri kehilangan indera perasa dan penciuman yang dirasakan pasien positif COVID-19. 

Dilansir dari The Atlantic, salah satu pengalaman pasien, Karan Manhajam, mengungkapkan indera perasa dan penciumannya terganggu meski tidak ada gejala berat lain. Ia mengatakan makan pizza seperti makan kardus.

Jonathan Aviv, seorang dokter THT(Telinga, Hidung, dan Tenggorokan) di New York, Amerika Serikat, mengatakan semakin hari semakin banyak jumlah pasien muda datang kepadanya dan mengeluhkan tiba-tiba kehilangan kemampuan mencicipi atau inderas perasa. Ia tidak yakin harus memberi tahu mereka apa yang sedang terjadi.

"Skenarionya adalah efek inflamasi(peradangan) infeksi sementara yang mengubah fungsi saraf penciuman. Kemungkinan yang paling menakutkan adalah virus itu menyerang saraf itu sendiri,” katanya.

Virus yang menyerang saraf dapat menyebabkan gangguan jangka panjang dan dapat memengaruhi bagian lain dari sistem saraf. Meskipun COVID-19 tidak dilaporkan menyerang otak dan tulang belakang secara langsung, pendahulunya SARS-CoV tampaknya memiliki kemampuan itu. Jika sel-sel saraf terhindar dari virus baru, mereka akan berada di antaranya.

Ketika virus corona menempel pada sel, virus bakal terhubung dan menerobos, kemudian mulai mereplikasi. Virus berkembang di sel-sel nasofaring dan turun ke paru-paru, tetapi juga diketahui aktif pada sel-sel hati, usus, dan jantung.

Virus ini menyebar ke seluruh tubuh selama berhari-hari atau berminggu-minggu dalam mode siluman, mengambil alih sel inang sambil menghindari respons imunitas atau sistem kekebalan tubuh.

Diperlukan waktu satu atau dua minggu bagi tubuh untuk sepenuhnya mengenali sejauh mana tubuh itu kewalahan. Berdasarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, beberapa gejala COVID-19 sangat beragam, mulai dari gejala ringan sampai berat. Gejala ini muncul dalam 2-14 hari setelah terpapar virus.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."