Hari Kartini, Sri Mulyani: Semangat Kartini di Pandemi Covid-19

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati saat memberikan sambutan di acara konferensi peluncuran

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati saat memberikan sambutan di acara konferensi peluncuran "Social Impact Report 2018-2019" Grab di Jakarta.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Di Hari Kartini 21 April ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan peran Raden Ajeng Kartini pada masanya dengan Kartini masa kini, terutama selama pandemi Covid-19.

"Satu abad lalu Kartini sebagai perempuan, dipingit di rumah karena adat istiadat," tulis Sri Mulyani di Instagram. "Dinding rumah tidak menjadi penghalang bagi Kartini untuk memperjuangkan dan peduli akan nasib perempuan dan anak-anak untuk maju."

Perempuan 57 tahun ini kemudian merefleksikan apa yang dihadapi Kartini pada masa itu dengan era sekarang saat pandemi Covid-19. "Hari ini kita harus tinggal di rumah karena Covid-19. Kita dapat mencontoh semangat Kartini -meski di rumah, kamu dapat melakukan segala sesuatu yang positif untuk keluarga, komunitas, dan negaramu," tulis Sri Mulyani. "Jangan coba-coba mencari-cari alasan untuk tidak berbuat baik bagi sesama."

Sri Mulyani mengingatkan mereka yang bekerja siang malam menghadapi ancaman Covid-19. Dokter, perawat, pekerja rumah sakit, semua yang bekerja di garis depan penanggulangan pandemi Covid-19 memiliki tugas mulia menyelamatkan manusia dengan resiko diri sendiri.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bermain dengan anak-anak sekolah dasar dalam peluncuran Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu, 9 Oktober 2019. Tempo/Hendartyo Hanggi

"Ucapan terima kasih dan penghargaan tidak akan mampu menebus jasa besar mereka yang telah membaktikan diri untuk menolong dan menyelamatkan nasib sesama manusia," tulis Sri Mulyani. Pandemi Covid-19 membuka kesempatan untuk membuktikan kualitas kemanusiaan seseorang.

Seperti Kartini, keperempuanannya, pingitannya, dan berbagai halangan adat, sosial kultural tidak menjadi alasan untuk memajukan kaumnya, dan menjadi pahlawan bangsa dan pahlawan kemanusiaan. Sri Mulyani melanjutkan, satu abad lebih, warisan Kartini dalam bentuk kepedulian dan perikemanusiaan yang adil dan beradab tidak pernah musnah. "Pemikirannya yang jauh melampaui waktu saat itu, abadi dan lekat dengan kita semua."

Di akhir unggahannya, Sri Mulyani balik bertanya, "Sudahkah kita berbuat kebaikan bagi sesama manusia dan alam semesta?"

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."