Kuliner #dirumahaja, Rasa Sempurna Ayam Tangkap dan Sambal Ganja

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Kuliner ayam tangkap Blang Bintang. Foto: Instagram ayamtangkapblangbintang

Kuliner ayam tangkap Blang Bintang. Foto: Instagram ayamtangkapblangbintang

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Harum rempah dan daun kari menguar lembut begitu kotak makanan dibuka. Aromanya sangat menggoda, membuat lidah tak sabar langsung mencicipi makanan yang ada di dalamnya.

Dorongan untuk segera mengambil nasi panas semakin menggebu begitu melihat isi kotak: potongan ayam goreng berwarna coklat keemasan yang terkubur dalam dedaunan kering berwarna hijau pekat dan beberapa tangkai cabai hijau.

Sebelum melahap masakan yang terkenal dengan sebutan Ayam Tangkap tersebut, tuangkan dulu sambal berwarna kuning menyala yang dibungkus di plastik terpisah. Inilah si sambal ganja khas Aceh yang masyhur itu. Sambal ganja —yang sebetulnya berbahan dasar belimbing wuluh, bukan ganja betulan- adalah pendamping serasi untuk ayam tangkap. Nah, saatnya makan!

Cita rasa asam dan pedas yang segar dari sambal ini begitu sempurna dicocol dengan daging ayam yang gurih dan empuk. Ayam Tangkap dan Sambal Ganja itu saya pesan pada Selasa lalu dari Ayam Tangkap Blang Bintang, milik seorang ibu rumah tangga bernama Fanie Maulida.

Sekitar tujuh tahun lalu, kuliner Ayam Tangkap Blang Bintang lumayan populer di Jakarta. Fanie sempat membuka restoran dengan nama itu di Jalan Ahmad Dahlan, Jakarta Selatan. Sayang, restoran itu tak bertahan lama dan pindah ke daerah Thamrin, Jakarta Pusat. Tapi, di lokasi baru pun, restoran Ayam Tangkap Blang Bintang hanya buka sebentar. "Waktu itu saya keburu hamil, jadi kewalahan mengurusnya."

Setelah vakum cukup lama, Fanie pun berkeinginan membuka kembali usaha kulinernya. Keinginan itu terealisasi pada awal 2020. Ayam Tangkap Blang Bintang pun hidup lagi. Tapi kali ini Fanie berjualan secara online. "Sekarang sudah tidak ada restoran, tapi cukup pakai Instagram dan dikirim menggunakan kurir, seperti Gojek atau Grab," ujar dia.

Sistem pemesanan makanannya juga dengan cara pre-order. Konsumen memesan dan membayar dulu, baru pesanannya dikirim pada hari yang ditentukan. "Biasanya kami mengirim pesanan dua kali sepekan."

Menu yang disediakan Fanie masih sama dengan menu yang ia sajikan di restoran dulu. Selain Ayam Tangkap dan Sambal Ganja sebagai kojo, ada masakan Ikan Kayu, Ayam Tauco Aceh, hingga aneka jenis Mie Aceh.

Mi Aceh daging. Foto: Instagram ayamtangkapblangbintang

Tapi dua nama sajian terakhir tak selalu tersedia. Khusus Mie Aceh, Fanie tak asal menjual. "Minimal dipesan 20 porsi baru kami buatkan." Alasannya, kata Fanie, ia tak asal menggunakan bahan yang ada. Seperti bahan mi-nya yang ia buat sendiri, bukan beli jadi.

Untuk makanan lain, Fanie juga tak mau sembarangan. Apalagi semua makanan yang ia masak menggunakan resep autentik dari ibunya. Agar ciri khas Aceh pada setiap resep tidak hilang, Fanie mendatangkan mayoritas bahan baku langsung dari Tanah Rencong.

Untuk sajian Ayam Tangkap, misalnya, daun kari, kunyit, dan aneka rempah serta bumbu dikirim dari sana. Begitu juga untuk sajian Ikan Kayu, bahannya adalah ikan tongkol yang dikeringkan khas Aceh. "Kalau beli bahan-bahan yang ada di sini, rasanya beda."

Satu lagi bumbu penting yang tak mudah dia dapatkan di Jakarta, yakni asam sunti, yang terbuat dari belimbing wuluh kering. "Hampir semua masakan khas Aceh pasti pakai ini," kata dia.

Sambal Ganja. Foto: Instagram ayamtangkapblangbintang

Fanie sebetulnya mencoba menghasilkan sendiri sebagian bahan baku untuk masakannya. Di rumahnya, misalnya, dia mengaku menanam pohon salam koja (tanaman penghasil daun kari). "Tapi kan kalau dipetik terus, menunggu tumbuh laginya lama, sementara kebutuhan untuk masak cukup banyak."

Karena pesanan selalu membeludak, mau tak mau, aneka bahan masakan itu ia 'impor' dari Aceh. Penggunaan resep hingga bahan baku yang autentik itu membuat hasil masakan Fanie selalu dipuji. "Konsumen saya yang sesama orang Aceh bilang, masakan saya cukup mengobati rasa rindu kampung halaman," Fanie bercerita.

Sejak ia membuka kembali Ayam Tangkap Blang Bintang, Fanie bisa menerima pesanan hingga 15 ekor ayam setiap pre-order dibuka. Dia memang menyediakan makanan berporsi besar untuk dipesan.

Untuk sajian Ayam Tangkap, Fanie menjual per setengah ekor atau satu ekor ayam. Harga untuk satu ekor ayam Rp 110 ribu. Lalu harga sajian Ikan Kayu per setengah kilogram Rp 80 ribu. Untuk sambal ganja atau sambal ikan kayu dengan porsi lebih sedikit, harganya Rp 15 ribu.

Ada juga sajian per porsi dengan nasi seharga Rp 30-35 ribu. Tapi konsumen Fanie memang harus sedikit bersabar. Aneka makanan lezat ini baru akan dikirim ke meja makan pemesan pada Selasa dan Jumat setiap pekan.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."