Faktor Perantau Tetap Mudik saat Wabah Corona Menurut Psikolog

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi pemudik di Stasiun Senen, Jakarta. REUTERS/Darren Whiteside

Ilustrasi pemudik di Stasiun Senen, Jakarta. REUTERS/Darren Whiteside

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang kurang dari 20 hari lagi, Pemerintah terus mengimbau untuk para perantau tidak mudik. Selain hastag #dirumahaja, pemerintah gencar menggaungkan hastag #tundamudik untuk menekan angka penularan virus corona baru atau COVID-19 di Tanah Air. Namun sangat disayangkan imbauan tersebut belum terlalu signifikan dampaknya.

Sejumlah orang tetap mudik dengan menggunakan transportasi umum ataupun kendaraan pribadi. Lalu, apa alasan yang membuat para perantau bersikukuh mudik?

Psikolog klinis Samanta Ananta menilai alasan utama masyarakat masih mudik dan tidak melakukan imbauan pemerintah adalah karena minimnya pengetahuan masyarakat akan virus corona.

“Pertama pasti karena mereka belum memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga jarak. Bahwa dengan Covid-19 ini perlu ada kesadaran tinggi dari kita untuk menjaga kesehatan dan menjaga jarak kita karena hal tersebut turut serta dalam proses pemulihan social distancing,” katanya saat dihubungi Tempo.co pada Ahad, 5 April 2020.

Dengan satu alasan tersebut, berbagai pertimbangan lain pun akan mengikuti keputusan masyarakat. Menurut Samanta, mereka yang memutuskan untuk mudik akan mengalami perasaan ketakutan tidak dapat kesempatan lagi di lain waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan tidak tahu berapa lama harus berjuang sendiri di kota lain tanpa sanak saudara.

Bahkan tak jarang yang memiliki kecenderungan untuk hidup hemat karena biaya di Jakarta mahal. “Padahal saat di kampung halaman, kehidupan juga belum tentu lebih baik. Mungkin lebih nyaman dan murah, tapi bagaimana dengan kebutuhan jika kondisi isolasi diperpanjang? Akibatnya akan menimbulkan kekhawatiran tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan,” tukasnya.

Tak heran, Samanta pun mengimbau agar sebelum mudik, masyarakat membekali diri dengan berbagai literatur terkait COVID-19. “Apabila masyarakat memahami betul informasi tentang COVID-19, mereka tidak akan terjerumus hingga mempengaruhi pikiran dengan hal-hal negatif. Tapi mereka akan tetap di rumah dengan alasan apa pun,” pungkasnya.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."