5 Kelemahan Virus Corona, Mudah Dikalahkan Asal Telaten

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS

Ilustrasi virus corona atau Covid-19. REUTERS

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Virus corona telah menginfeksi lebih dari satu juta orang di berbagai negara. Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, hingga Minggu 5 April 2020 pukul 12.00 WIB, sebanyak 1.056.159 orang telah terpapar virus tersebut dan 57.206 orang meninggal.

Virus corona tak bisa dianggap enteng karena menyebar dengan cepat. Hingga kini belum ada vaksin untuk virus corona atau obat yang tepat. Setiap orang rentan terpapar dan masuk kategori orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), sampai suspect.

Setiap orang sejatinya punya penangkal untuk menghalau virus corona baru atau COVID-19. Tamengnya adalah daya tahan tubuh. Hanya saja, kondisi imunitas orang yang satu dengan yang lain berbeda-beda.

Di balik semua kekhawatiran terhadap COVID-19, virus ini juga punya kelemahan, seperti dikutip dari laman Sehatq. Dengan mengetahui kelemahan virus, maka kita dapat menghindarinya.

Berikut 5 kelemahan virus corona baru atau COVID-19:

  1. Hancur oleh sabun

    Virus corona baru atau COVID-19 memiliki lapisan luar berupa lemak. Lantas apa yang dapat melarutkan lemak? Jawabannya adalah sabun. Ya, sabun apapun yang biasa kita gunakan sehari-hari.

    Ketika lapisan luar virus corona terurai oleh sabun, maka virus itu juga hancur dan mati. Itulah sebabnya, kita dianjurkan untuk rajin mencuci tangan dengan air dan sabun untuk mencegah infeksi COVID-19. Yang perlu diingat adalah bagaimana cara mencuci tangan dengan baik dan benar.

    Baca: Corona, Dokter Erlina Burhan Merinci Saat Wajib Mencuci Tangan

  2. Kalah oleh antibodi

    Orang yang terinfeksi COVID-19 dan memiliki gejala ringan berpeluang besar sembuh dengan sendirinya selama daya tahan tubuhnya baik. Sebuah penelitian di Australia menunjukkan salah satu kelemahan virus corona adalah tak mampu menghadapi antibodi yang sehat.

    Penelitian dilakukan dengan mengamati kadar antibodi yang dihasilkan oleh seorang pasien Covid-19 berusia 47 tahun dengan gejala ringan hingga sedang. Pasien tersebut tidak memiliki penyakit penyerta, seperti hipertensi atau diabetes. Kondisi tubuhnya secara keseluruhan sehat dan hanya ada satu infeksi, yaitu COVID-19.

    Tujuh sampai sembilan hari setelah terinfeksi, peneliti mendeteksi pembentukan antibodi pada tubuh pasien. Artinya, tubuh mengeluarkan berbagai senjata untuk melawan virus tersebut. Beberapa hari kemudian setelah antibodi terbentuk, kondisi pasien membaik.

    Memang masih dibutuhkan riset lebih lanjut dalam skala besar untuk melihat pola 'peperangan' antara virus corona dan antibodi.

  3. Mati dengan disinfektan

    Ada virus corona yang menyebabkan SARS, MERS, dan saat ini jenis yang baru ditemukan, adalah COVID-19. Masing-masing jenis virus corona itu punya karakter berbeda. Benang merah dari virus ini adalah tak mampu melawan disinfektan.

    Virus keluarga corona ini bisa mati dengan bahan disinfektan, seperti alkohol dengan kadar 60sampai 70 persen, hidrogen peroksida 0,5 persen, atau sodium hipoklorit 0,1 persen dalam waktu 1 menit. Jadi rajinlah membersihkan permukaan benda yang sering disentuh seperti telepon genggam, gagang pintu, dan meja kerja dengan bahan-bahan tadi.

  4. Melemah di suhu panas

    Sejauh ini belum ada penelitian yang menyebutkan COVID-19 melemah atau mati jika terpapar panas. Namun kembali ke keluarga virus corona tadi, virus corona yang memicu SARS misalnya, terbukti melemah pada suhu 56 derajat celcius.

  5. Tidak bertahan lama di permukaan

    Virus corona memang bisa bertahan beberapa hari pada permukaan benda. Namun, seiring waktu, virus tersebut tidak lagi sanggup memicu infeksi. Dengan begitu, WHO maupun Kementerian Kesehatan tidak melarang pengiriman paket karena risiko penularan melalui media pengiriman seperti ini sangat rendah.

    SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."