Cara Berhemat di Tengah Wabah Corona, Utamakan untuk Makan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi perencanaan keuangan (pixabay.com)

Ilustrasi perencanaan keuangan (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Lebih dari tiga minggu Indonesia berjuang melawan wabah virus corona atau COVID-19 sejak pengumuman kasus positif corona pertama dan kedua pada 2 Maret 2020. Guna memutus rantai penyebarannya, sejumlah pusat perbelanjaan, tempat wisata hingga tutup sementara. Pekerja harian atau pekerja paruh waktu salah satu yang paling merasakan dampaknya.

Untuk itulah, perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie dalam video live di Instagram bersama psikolog Analisa Widyaningrum, memberikan kiat-kiat agar semakin ketat mengelola keuangan dan bisa bertahan di tengah darurat ini.

Hal penting yang harus dilakukan adalah mengevaluasi penghasilan yang didapat selama wabah virus corona masih tersebar. Catatlah besaran penghasilan yang didapat secara rapi.

Pekerja paruh waktu bisa mengevaluasi aset yang mereka punya dalam bentuk uang hingga perhiasan emas. Hitung juga pemasukan dari proyek-proyek yang sudah dikerjakan.

Kemudian, buat hitung pengeluaran apa saja selama tiga bulan ke depan. "Ada pengeluaran wajib, ada pengeluaran kebutuhan," kata Prita di Instagram pada Ahad, 11 Maret 2020.

Pengeluaran wajib yang ia maksudkan adalah cicilan, uang sekolah anak, hingga gaji untuk asisten rumah tangga jika ada.

Sementara pengeluaran kebutuhan bisa disesuaikan dengan kondisi, seperti uang untuk makan. Dalam situasi sulit, setiap orang bisa menyesuaikan menu agar pengeluaran lebih irit.

"Selama tiga bulan, yang sifatnya keinginan tunda dulu karena kita tidak punya kemewahan untuk membeli keinginan. Fokusnya kewajiban dan kebutuhan," tegasnya.

Di masa seperti ini, sebaiknya alokasikan 70 persen pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari --termasuk membeli produk sanitasi untuk menjaga kebersihan-- dan sisanya dimasukkan ke dalam tabungan.

"Untuk playing, jatahnya 0 persen." 

Jika besaran pengeluaran lebih besar dari penghasilan, selisihnya bisa diatasi dari tabungan atau dana darurat.

Bagaimana dengan orang yang tak punya dana darurat? Bila punya banyak cicilan, evaluasi lagi mana barang yang memang betul-betul diperlukan. Jika dirasa tidak terlalu penting, lebih baik dijual agar ada pemasukan.

"Kalau kita punya cicilan, artinya belum ada uang untuk membeli barang itu. Kalau tidak ada penghasilan, tidak bisa dipertahankan gaya hidup seperti itu," kata Prita.

Dari sekian banyak cicilan, entah itu motor hingga gawai, ada satu cicilan yang menurut Prita wajib dipertahankan dan diperjuangkan: rumah tinggal.

"Kalau ada pinjaman di luar itu bisa dipertimbangkan ulang. Kalau ada uangnya lagi, nanti bisa dibeli lagi."

Masa berdiam diri di rumah bisa jadi kesempatan untuk orang-orang yang selama ini tak sempat atau malas untuk mencatat keuangan mereka. Saat ini banyak aplikasi penunjang yang membuat pencatatan keuangan jadi lebih praktis.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."