Mi Instan ala Sultan Chef Arnold, Pelengkap Seharga Rp 1,8 Juta

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Chef Arnold. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

Chef Arnold. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Mi instan bukanlah makanan yang istimewa. Makanan yang mudah dimasak ini sudah lekat di lidah sebagian besar orang, termasuk Chef Arnold.

"Makan siang Indomie lagi," tulis pria bernama lengkap Arnold Poernomo itu di Twitter pada Kamis, 19 Maret 2020. Bukan mi-nya yang menjadi perhatian warganet, melainkan pelengkap mi instan goreng yang disantap Chef Arnold yang bikin heboh.

Pada unggahan itu, Chef Arnold menunjukkan menu mi instan yang dilengkapi hati angsa. Tentu harga mi instan-nya tak seberapa, tapi hati angsa yang dipakai sebagai pelengkap makan siang itu seharga jutaan rupiah.

Hati angsa yang dipakai Chef Arnlod merek Edouard Artzner asal Prancis. Hati angsa seberat 310 gram itu dijual seharga Rp 1,8 juta. Foie gras atau hati lemak angsa adalah salah satu makanan mewah khas Prancis. Walau dikecam di beberapa daerah karena cara pengolahannya dinilai menganiaya hewan, foie gras tetap bernilai tinggi.

Chef Arnold memasak mi instan dengan bahan pelengkap hati angsa dari Prancis. Foto: Twitter ArnoldPoernomo

Sebagian warganet terkejut dengan lauk pelengkap mi instan ala Chef Arnold. Namun sebagian lagi justru miris karena proses memperoleh hati lemak angsa itu didapat dengan cara kekerasan terhadap hewan. Unggahan Chef Arnold ini juga dianggap tidak simpati dengan kondisi masyarakat yang sedang mewaspadai wabah corona.

Sebelum mengunggah mi instan dengan pelengkap hati angsa ini, Chef Arnold pernah bertanya kepada pengikutnya di Twitter, bahan makanan apa yang cocok untuk dimakan bersama mi instan agar menjadi mi instan ala sultan? Chef Arnold pernah mengolah mi instan dengan bahan makanan mewah, seperti caviar atau telur ikan dan truffle.

MARVELA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."