Kenali Gejala Virus Corona pada Bumil dan Cara Pencegahannya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu hamil berdiri di antara pepohonan. unsplash.com/Ryan Franco

Ilustrasi ibu hamil berdiri di antara pepohonan. unsplash.com/Ryan Franco

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penyebaran virus corona baru atau COVID-19 telah ditetapkan sebagai pandemi (meluas secara global) oleh Organisasi Kesehatan Dunia pada Rabu, 11 Maret 2020. Pemerintah pun menetapkan wabah virus corona sebagai bencana nasional dan berupaya menangani serta mengendalikan penyebaran virus yang menyerang sistem pernapasan tersebut. 

Perlu kita ingat bersama jangan panik, tapi tingkatkan waspada. Siapa pun bisa terinfeksi virus ini, termasuk ibu hamil atau bumil. Penyebab bumil lebih rentan terkena penyakit karena sistem imun di dalam tubuh berubah. Menurut para ahli obstetri dan ginekologi dari Royal College Inggris (RCOG), wanita hamil memang berisiko lebih tinggi untuk tertular virus jenis baru ini dibanding wanita yang tidak sedang berbadan dua. Namun secara umum, gejala yang ditunjukkan biasanya sama seperti pasien positif COVID-19 pada umumnya.

Sekalipun ibu hamil terkena virus corona, tidak ada bukti yang menyatakan akan terjadinya penularan dari ibu ke janin atau bayinya. Meski demikian, ibu hamil tetap disarankan untuk melakukan serangkaian langkah pencegahan agar tidak tertular virus corona ini.

Bagaimana pengaruh virus corona terhadap kehamilan? Hingga kini, efek virus corona terhadap kehamilan masih terus diteliti mengingat virus ini masih menyebar secara masif dalam skala global. Sejauh ini, fakta yang diungkapkan oleh para ilmuwan maupun ahli medis tentang hubungan antara virus corona dengan kehamilan dan janin adalah sebagai berikut:

1. Gejala positif COVID-19 pada ibu hamil tidak berbeda

Meski ibu hamil tergolong orang yang lebih rentan terinfeksi virus corona, gejala yang ditunjukkan akan sama saja dibanding orang yang tidak sedang mengandung.

Gejala virus corona umumnya adalah demam 38 derajat celcius atau lebih dan batuk kering dengan level ringan hingga sedang.

Lain halnya jika ibu hamil tersebut memiliki penyakit penyerta lainnya, seperti asma, penyakit paru-paru, dan masalah pada hati. Hal ini kemungkinan besar membuat gejala yang diderita menjadi lebih parah dan menjurus komplikasi sebagaimana juga dialami oleh pasien COVID-19 lainnya yang tidak sedang menjalani kehamilan.

2. Ibu hamil yang terinfeksi virus corona melahirkan bayi prematur?

Ada beberapa laporan yang mengatakan bahwa ibu hamil yang positif virus corona melahirkan bayi prematur. Meski demikian, para peneliti belum menyepakati apakah kelahiran lebih awal itu dikarenakan efek virus corona kepada janin ataukah merupakan langkah medis yang diambil oleh dokter karena faktor lainnya.

3. Apakah ibu hamil yang positif corona akan menyebabkan cacat janin?

Menurut Akademi Obstetri dan Ginekologi Amerika Serikat (ACOG), masih belum terdapat data yang akurat apakah virus ini bisa menembus plasenta, namun sebuah literatur menyebutkan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang positif COVID-19 menunjukkan hasil negatif terhadap pemeriksaan virus ini.

4. Bayi bisa terinfeksi virus corona?

Di Wuhan, Tiongkok, yang merupakan pusat wabah virus corona, pernah dilaporkan ada kasus bayi baru lahir yang positif COVID-19 saat umurnya baru berusia 30 jam. Meskipun demikian, penyebab bayi tersebut tertular virus ini masih belum bisa dipastikan.

Beberapa praktisi kesehatan menduga bayi tersebut terkena virus corona sejak dalam kandungan. Sebagian lagi berpendapat newborn tersebut tertular dengan cara konvensional, yakni terkena droplets atau percikan air liur dan bersin dari sang ibu ketika berada di dekat sang bayi.

Berbeda dengan kasus tersebut, Akademi Obstetri dan Ginekologi Amerika Serikat (ACOG) mempublikasikan hasil penelitian kecil terhadap ibu hamil yang terinfeksi COVID-19. Hasilnya, semua ibu hamil dalam peer-review tersebut melahirkan bayi sehat yang tidak terpapar virus corona.

Berdasarkan fakta tersebut, kesimpulan sementara yang dapat ditarik adalah tidak ada risiko penularan virus corona dari ibu hamil ke janin. Hal ini juga dikuatkan dari publikasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) yang menegaskan bahwa virus corona tidak ditemukan pada cairan ketuban.

Virus corona pun tidak terdeteksi pada air susu ibu. Dengan kata lain, ibu yang positif COVID-19 pun tetap bisa menyusui bayinya, meski tetap ada kemungkinan Anda menularkan virus tersebut melalui droplets karena melakukan kontak jarak dekat dengan bayi.

Sejauh ini, para peneliti belum bisa memastikan metode persalinan yang bisa menghindarkan bayi dari kemungkinan tertular COVID-19 dari ibu yang positif. Dengan demikian, prosedur kelahiran normal atau caesar masih didasarkan atas pertimbangan awam, seperti berat badan janin maupun kondisi kesehatan ibu hamil itu sendiri.

Bagaimana cara terhindar dari virus corona saat hamil?

Tindakan pencegahan penularan virus corona pada ibu hamil sama dengan orang-orang pada umumnya, yakni:

  • Menutup hidung dan mulut dengan siku ketika batuk atau bersin
  • Hindari orang-orang yang terlihat sakit, termasuk batuk dan pilek
  • Sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol.

Ibu hamil juga tidak disarankan untuk melakukan perjalanan jauh, terutama ke daerah yang terjangkit virus corona. Jika Anda merasa baru saja pulang dari area yang terinfeksi, periksakan diri ke dokter kandungan yang menangani Anda.

SEHATQ
 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."