Olahraga Nordik: Aslinya Pakai Tongkat Ski, Jiwa dan Raga Happy

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Komunitas Jalan  Nordik Indonesia (KJNI) di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 15 Desember lalu. TEMPO/Shinta Maharani

Komunitas Jalan Nordik Indonesia (KJNI) di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 15 Desember lalu. TEMPO/Shinta Maharani

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ratusan orang berjalan dalam alam hawa dingin Gunung Merapi di Sleman, Yogyakarta, 7 Februari 2020. Mereka memulai perjalanan dari Pesanggrahan Ngeksiganda, bangunan bersejarah milik Kesultanan Yogyakarta. Dari bangunan asri dan sejuk itu, mereka berjalan kaki menggunakan tongkat menyusuri jalan di kawasan Pakem, Kaliurang.

Mereka adalah penggemar olahraga Nordik yang tergabung dalam Komunitas Jalan Nordik Indonesia atau KJNI. Nordik, olahraga yang populer di negara-negara Skandinavia, mengajak orang berjalan kaki untuk mengatasi sakit pada punggung, leher, bahu, tangan, dan kaki. "Diminati orang-orang tua. Berjalan ala Nordik membuat semua otot kembali menjadi lentur," kata Ketua KJNI, Lukman Kudonarpodo.

Di Indonesia, olahraga ini tergolong baru dan terus diperkenalkan oleh KJNI. Penggemar Nordik sering kali menjelajah berbagai kawasan di Yogyakarta dan sekitarnya, seperti di kawasan Candi Borobudur (Magelang), Candi Prambanan (Yogyakarta), Puncak Pinus Becici (Bantul), serta Hutan Pinus Mangunan dan Kali Kuning (Yogyakarta).

Olahraga ini dibawa mahasiswa-mahasiswa yang bersekolah di negara-negara Eropa, khususnya Finlandia dan Norwegia. Ketika bersekolah di negara-negara itu, mereka melihat banyak orang membawa tongkat untuk bermain ski. Pulang ke Indonesia, mereka memperkenalkan olahraga itu dan kini penggemarnya terus bertambah.

KJNI baru terbentuk dua tahun lalu. Mereka punya anggota di sejumlah kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Di Jakarta, jumlah anggotanya mencapai 250 orang, Bandung 40 orang, dan Yogyakarta 230 orang. Anggotanya datang dari bermacam latar belakang profesi, seperti dokter, mahasiswa, dan wiraswasta. Mereka yang bergabung pun mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua.

Di Yogyakarta, keanggotaan komunitas Nordik cepat berkembang karena melibatkan komunitas olahraga lain, di antaranya komunitas renang, jalan kaki, dan sepeda. Mereka saling terhubung dan semakin menggemari olahraga ini.

Lukman menyebutkan seorang ahli dari Finlandia pernah meneliti bahwa penggunaan tongkat ski untuk berjalan membawa banyak manfaat. Olahraga ini menjadikan semua otot tubuh bergerak, ketimbang berjalan biasa tanpa tongkat. Jalan biasa tanpa tongkat hanya menggerakkan tungkai, betis, paha, dan perut bagian bawah. Sedangkan jalan memakai tongkat ski menggerakkan bagian tubuh yang penting, seperti punggung, lengan, dada, dan leher.

Berjalan ala Nordik selama satu jam sama dengan bersepeda selama tiga jam dan efektif membuang kalori serta bermanfaat bagi kesehatan jantung. Di Finlandia dan Norwegia, olahraga ini sudah diajarkan kepada siswa sejak dini. Berbagai lomba jalan Nordik pun digelar. "Ada yang dalam bentuk berjalan santai, naik gunung, dan berlari dengan menggunakan tongkat."

Lukman mengatakan olahraga ini cocok untuk orang tua dan yang terkena stroke. Nordik gampang dilakukan dengan jalan santai, bergembira, dan menghasilkan tubuh yang bugar. Cara jalan Nordik persis seperti orang bermain ski menggunakan dua tongkat. Saat berjalan, gerakan lengan dan kaki secara berlawanan. Pada awal menjalankan olahraga ini, orang akan kagok. Mereka perlu penyesuaian karena harus menggunakan dua tongkat. Lambat laun pejalan akan terbiasa dan mencapai intensitas seperti orang yang berlari.

Olahraga ini bisa dijalankan di mana saja, misalnya di sekitar rumah, hutan, gunung, perbukitan, dan pantai. Selain bermanfaat bagi kesehatan, melalui olahraga ini orang bisa mendapatkan postur tubuh lebih baik. Setiap gerakan lengan akan meredakan ketegangan leher dan bahu sambil mengencangkan otot tubuh bagian atas.

Nordik juga olahraga murah. Pejalan kaki tak perlu merogoh uang dalam jumlah besar untuk melakukannya. Pejalan kaki hanya membutuhkan tongkat untuk jalan Nordik. Harga tongkat bervariasi, dari Rp 90 ribu hingga Rp 7 juta. Jadi, menurut Lukman, olahraga ini perlu diperkenalkan lebih luas untuk menjangkau semua kalangan di berbagai daerah.

SHINTA MAHARANI

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."