Takaran Aman Masukkan MSG ke Makanan, Awas Ada yang Sensitif

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi MSG. Shutterstock

Ilustrasi MSG. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Monosodium glutamate atau MSG kerap dituding sebagai penyebab seseorang menjadi bodoh. Sebelum menjustifikasi macam-macam, para ahli mengungkap sejumlah fakta tentang MSG.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia atau PDGKI, Nurpudji A. Taslim, mengatakan kuncinya adalah bijak mengkonsumsi MSG agar tidak berdampak buruk untuk kesehatan. Yang pertama harus diketahui adalah seberapa takaran kandungan MSG yang aman dalam makanan.

"Amannya 10 miligram per kilogram berat badan," ujar Nurpudji dalam konferensi pers Penggunaan Bumbu Penyedap Rasa dengan Bijak Tidak Berbahaya Bagi Kesehatan di Jakarta, Rabu 5 Februari 2020. Contoh, seseorag dengan berat badan 60 kilogram, maka konsumsi MSG dalam makanan untuk sehari tak boleh lebih dari 6 gram atau sekitar satu sendok teh.

Lantas apa akibatnya jika mengkonsumsi MSG lebih dari takaran? Mengutip laman Healthline, kelebihan glutamat bisa memicu stimulasi sel-sel saraf yang berlebihan. Peningkatan aktivitas glutamat di otak dapat menyebabkan kerusakan.

Perlu diketahui juga ada orang yang sensitif terhadap MSG. "Secara Evidence-based medicine atau pendekatan medik, MSG tidak berbahaya. Tapi ada individu sensitif, dengan dosis tidak banyak sudah bereaksi," kata Maya Surjadjaja, ahli nutrisi dari PDGKI.

Mereka yang sensitif terhadap MSG mengalami reaksi tertentu seusai mengkonsumsi makanan yang mengandung MSG. Dampak yang terjadi misalnya sakit kepala, otot tegang, hingga mati rasa.

Nurpudji menambahkan ada beberapa bahan makanan yang sudah memiliki kandungan glutamat alami dalam jumlah banyak. Dengan begitu, tak perlu menambahkan MSG pada bahan makanan tersebut. Sejumlah makanan yang mengandung glutamat alami antara lain keju, susu, jamur, daging sapi, dan ikan.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."