Prisia Nasution Akrab dengan Difabel Mental, Apa Misinya?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Prisia Nasution. TEMPO/Gunawan Wicaksono

Prisia Nasution. TEMPO/Gunawan Wicaksono

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaPrisia Nasution berusaha menghapus stigma orang dengan gangguan jiwa melalui unggahan aktivitasnya bersama mereka di Instagram Story. Ada satu momentum yang membuat perempuan 35 tahun ini memberikan perhatian kepada difabel mental.

Bebrapa tahun lalu, Prisia Nasution menyetir mobil di Kota Bandung, Jawa Barat. Saat itu, dia melihat orang dengan gangguan jiwa berdiri di tepi jalan. Kakak Prisia Nasution memintanya melambatkan kendaraan karena hendak memberikan uang kepada difabel mental tersebut.

Bukannya memperlembat mobil, Prisia Nasution justru tetap melaju kencang meninggalkan orang yang berpakaian compang-camping tadi. "Saya khawatir kalau diberi uang, dia malah dirampok," kata Prisia Nasution di kantor Tempo, Rabu, 22 Januari 2020.

Dari situ Prisia Nasution berpikir untuk memperhatikan orang dengan gangguan jiwa. Dia menggali informasi tentang dunia difabel mental. Hasil temuannya, tak banyak orang yang mau menyumbang panti yang merawat mereka.

Prisia Nasution saat berinteraksi bersama orang dengan gangguan jiwa di sebuah acara Kopi Panas Foundation. Instagram

Belum lagi stigma yang melekat, misalnya difabel mental cenderung bertingkah aneh, mengerikan, bahkan menyerang orang lain. Prisia Nasution kemudian mendirikan yayasan bernama Kopi Panas Foundation untuk membantu orang-orang dengan gangguan jiwa.

Selain memberikan sumbangan, Kopi Panas Foundation yang berawal dari komunitas peduli isu kemanusiaan dan lingkungan ini berusaha menghapus stigma yang salah kaprah tersebut. Setiap kali datang ke panti rehabilitasi, Prisia Nasution biasanya mengobrol dengan orang yang dirawat di sana.

Dia kemudian mengunggah aktivitas itu ke Instagram. Prisia Nasution memahami banyak orang yang heran dengan aktivitasnya itu. Tak sedikit pula yang khawatir dia bakal jadi korban serangan difabel mental. Namun Prisia mengenyahkan semua syak wasangka itu.

Menurut Prisia Nasution, orang dengan gangguan jiwa bisa berinteraksi seperti orang kebanyakan. Unggahan itu bahkan membuat beberapa pengikutnya tertarik menjadi relawan di yayasannya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."