Heboh Sup Kelelawar Bisa Sebarkan Virus Corona, Ini Tanggapan IDI

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Sup kelelawar yang diduga sumber penyebaran virus corona. Sumber: Daily Star WS/mirror.co.uk

Sup kelelawar yang diduga sumber penyebaran virus corona. Sumber: Daily Star WS/mirror.co.uk

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Buletin Sains Cina merilis bahwa kelelawar buah diduga sebagai pembawa virus corona dan sup kelelawar yang terkenal di kota Wuhan adalah perantara virus itu menular ke manusia. Kelezatan sup kelelawar dari kota Wuhan, Cina sudah terkenal di dunia. Sayangnya, kota Wuhan juga disebut sebagai tempat asal dari virus corona.

Menanggapi hal ini, ahli penyakit tropik dan infeksi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Erni Juwita Nelwan mengatakan bahwa memang, virus corona awalnya menyerang mamalia. Itu berarti, kelelawar termasuk dalam kategori penyebar virus corona. Namun jika sudah dijadikan sup, ia mengatakan bahwa seharusnya virus sudah mati.

Apabila memang sup kelelawar tersebut terbukti menyebarkan virus corona, maka anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu pun mengatakan bahwa proses pembuatannya tidak matang.

“Kita harus memastikan apakah sup itu matang atau setengah mentah. Kalau sudah direbus, harusnya virus bisa mati,” katanya saat ditemui usai Media Briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia di Jakarta pada Jumat, 24 Januari 2020.

Dokter spesialis anak Darmawan Budi Setyanto juga menambahkan bahwa walaupun sup tersebut matang, risiko virus corona terjangkit ke manusia masih ada. Sebab, virus bisa ditularkan lewat udara alias airborne.

Itu berarti, virus bisa menempel di mana saja termasuk koki dan pramusaji yang menyiapkan dan mengantarkan makanan.“Ketika virus itu menempel di piring atau sendok kita, otomatis bisa berisiko pneumonia,” tutur ia.

 

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."