Hati-hati, Diet Ketat Bisa Memicu Depresi Hingga Kematian Dini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi diet. shutterstock.com

Ilustrasi diet. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Obesitas menjadi musuh semua orang karena bisa menyebabkan berbagai penyakit mematikan seperti jantung, stroke, diabetes tipe 2, dan kanker. Karena berbahaya, banyak orang yang diet ketat untuk menurunkan berat badan. Namun, diet ketat ternyata lebih berbahaya karena bisa memicu kematian dini. 

Orang-orang memangkas kalori dan gizi agar tetap dalam berat badan yang sehat. Tetapi cara yang dilakukan demi untuk pinggang yang ramping mungkin memiliki efek negatif yang lebih besar daripada kelebihan berat badan, seperti diungkap dalam Fatherly.

Sebuah penelitian dalam jurnal Nature, menjelaskan, ketika orang mencoba menambah atau menurunkan beberapa pon atau kilogram, banyak perubahan terjadi dalam tubuh, yang berpengaruh pada tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan mikrobioma.

Ketika seseorang mengubah bobot, mikroba di usus membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.

Penambahan berat badan memungkinkan mikroba yang mendukung penambahan berat badan untuk tumbuh. Tetapi ketika orang mulai menurunkan berat badan dengan secara drastis membatasi makanan tertentu, mikroba usus perlahan merespons perubahan.

Efek yo-yo (pertambahan dan pengurangan berat badan drastis) dari diet ketat juga dapat membahayakan kesehatan mental. Ketika orang gagal menurunkan berat badan meski mencoba makan lebih sedikit, mereka menjadi berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan rasa percaya diri yang rendah.

Dampak mematikan lainnya, terbentuknya lemak berbahaya. Pola makan yang tidak sehat membantu meningkatkan lemak visceral, atau lemak perut, yang berkontribusi terhadap penyakit jantung, diabetes dan peradangan.

Orang-orang dapat mencapai berat badan yang sehat, bahkan tanpa diet ketat yang memaksa mereka untuk secara signifikan mengurangi asupan kalori.

Untuk menghindari obesitas atau kenaikan berat badan, bergeraklah aktif dan temukan pola makan seimbang dengan melatih kontrol porsi dan memilih makanan yang tepat yang dibutuhkan tubuh Anda, demikian seperti dilansir laman Medical Daily.
 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."