Anemia pada Ibu Hamil Berisiko Melahirkan Bayi Rentan Penyakit

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi Morning Sickness atau ibu hamil. shutterstock.com

Ilustrasi Morning Sickness atau ibu hamil. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Anemia menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang cukup serius di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas 2013, lebih dari 1 dari 5 perempuan Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami anemia, sementara angka untuk pria adalah 1 dari 6. Angka tersebut lebih tinggi lagi di kalangan wanita hamil sebanyak 1 dari 3.

Persoalan ini tidak lepas dari kurangnya asupan makanan yang bergizi dan kaya akan mikronutrien yaitu zat besi, vitamin C, dan zinc serta protein hewani dan nabati sebagai makronutrien.

Endang L Achadi, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mengatakan anemia pada ibu hamil memiliki risiko yang cukup besar karena rentan mengalami pendarahan, selain itu juga dapat mempengaruhi janin yang dikandung.  

Salah satunya adalah membuat janin berisiko lebih tinggi mengalami gangguan seperti berat bayi lahir rendah (BBLR), yakni lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kilogram, rentan terkena penyakit hingga meninggal pada usia dini.

Selain itu, anemia yang diderita oleh ibu juga dapat diturunkan kepada anak sehingga meningkatkan risiko morbiditas dan penurunan kecerdasan.

Menurutnya, ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mencegah anemia pada perempuan. Cara yang paling mudah adalah mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi, seperti sayuran hijau, daging, dan kacang-kacangan.

“Untuk memudahkan penyerapan zat besi dari produk nabati harus ada gizi mikro yang membantu penyerapan misalnya vitamin C,” ucap Endang.

Namun tidak semua masyarakat bisa melakukannya, karena itu pemberian suplemen penambah darah serta fortifikasi makanan menjadi solusi lain yang bisa dilakukan.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."