Sri Mulyani Sebut Keluarga Tantangan Wanita Menuju Puncak Karier

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Dari kiri: Kepala Staf Presidenan Moeldoko, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebelum memulai rapat terbatas di Kantor Presiden, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 31 Oktober 2019. Rapat membahas penyampaian program dan kegiatan di bidang politik, hukum dan keamanan. TEMPO/Subekti.

Dari kiri: Kepala Staf Presidenan Moeldoko, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebelum memulai rapat terbatas di Kantor Presiden, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 31 Oktober 2019. Rapat membahas penyampaian program dan kegiatan di bidang politik, hukum dan keamanan. TEMPO/Subekti.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tak ada batasan bagi perempuan untuk berkarier menempati posisi strategis. Di Indonesia, banyak perempuan yang bisa menjadi contoh baik di level mikro maupun makro. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan hal tersebut dalam peringatan Hari Ibu bertajuk Perempuan Hebat untuk Indonesia Maju di Jakarta, Ahad, 22 Desember 2019. 

Dalam talkshow tersebut Sri Mulyani bicara mengenai kepercayaan dirinya sebagai perempuan ketika menempati posisi strategis. 

"Kalau saya kebetulan dalam keluarga, ibu saya sendiri memiliki leadership namun sama seperti Ibu Megawati yang merasa kesepian dengan posisinya," kata perempuan kelahiran 26 Agustus 1962 ini.

Sri Mulyani menyayangkan banyak perempuan yang sukses mencapai puncak karier dianggap pengecualian. Alasannya, baru pertama kali ada presiden, menteri keuangan, menteri luar negeri, dan ketua DPR perempuan setelah 22 kali dipimpin laki-laki.

"Jadi perempuan mestinya bisa memecah atap kaca yang menjadi hambatan (glass ceilling) atau atap kaca, namun atap kaca yang membuat justru perempuan sendiri," ucapnya. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat mengisi talkshow peringatan Hari Ibu bertajuk Perempuan Hebat untuk Indonesia Maju yang digelar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Jakarta, Ahad 22 Desember 2019. TEMPO/Eka Wahyu Pramita

Menurut Sri Mulyani, halangan bagi perempuan bukan diciptakan sendiri, melainkan karena benturan konstruksi sosial, budaya, agama, dan keluarga. Meski secara konstitusional perempuan diberikan kesempatan setara, pada saat dididik tidak semua keluarga memperlakukan anak-anak perempuan dan lak-laki secara sama. 

"Masih banyak yang memperlakukan anak perempuan by design, entah itu konstruksi dari bapaknya yang mendidik dengan gaya paternalistik, atau ibunya yang menempatkan diri sebagai konco wingking (teman di belakang) kemudian tertular pada anaknya," papar peraih Master dan Doktor dari University Illinois.

Menurut ibu tiga anak ini, umumnya anak laki-laki dikasih kesempatan lebih dulu. Kalau ada makanan enak, anak laki-laki didahulukan, begitu juga untuk kesempatan pendidikan.

"Memang konstruksi sosial, keluarga, bahkan kultural yang membuat perempuan di Indonesia merasakan bebannya menjadi besar. Untuk itu di keluarga perlu dikasih kesempatan yang sama, tidak ada sedikit pun muncul keraguan bahwa anak perempuan ada bedanya dengan anak laki-laki," ucap Sri Mulyani.

Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan RI untuk ketiga kalinya. Ia juga sempat menduduki jabatan bergengsi sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. 

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."