Kenali 2 Operasi Miss V, Vaginoplasty dan Labiaplasty

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi Miss V

Ilustrasi Miss V

IKLAN

Prosedur vaginoplasty dan labiaplasty

Sementara untuk prosedurnya, vaginoplasty dilakukan dengan menentukan seberapa rapat miss V sesuai dengan permintaan pasien. Kemudian, akan diberi tanda bagian kulit ekstra mana di dalam vagina yang akan dibuang. Kemudian, jaringan tertentu di vagina akan dijahit untuk membuat vagina lebih kencang. Prosedur vaginoplasty bisa dilakukan dengan anestesi lokal atau total.

Setelah vaginoplasty rampung, pasien akan diminta tidak beraktivitas berat selama 1-2 minggu. Biasanya, pasien akan merasakan gatal pada beberapa hari pascaoperasi. Hingga 8 minggu kemudian, pasien diminta tidak menggunakan tampon atau berhubungan seksual.

Sedangkan untuk labiaplasty, prosedur ini tidak disarankan untuk perempuan berusia di bawah 18 tahun karena labianya masih dalam tahap pertumbuhan. Sama seperti vaginoplasty, prosedur labiaplasty bisa dilakukan dengan anestesi lokal atau total.

Prosedur dilakukan dengan membuat labia lebih pendek atau mengubah bentuknya. Jaringan yang tidak diinginkan di sekitar labia bisa dilepas dengan laser. Bagian yang tertinggal kemudian dijahit. Perlu waktu sekitar 2 minggu hingga kulit sekitar labia bisa benar-benar pulih.

Selama periode tersebut, pasien akan diminta menghindari aktivitas fisik dan seksual, tidak menggunakan pakaian dalam terlalu ketat, dan memastikan area bersih dari infeksi.

Perubahan usai operasi vagina

Perlu digarisbawahi bahwa operasi vagina berbeda dengan operasi kosmetik. Operasi vagina seperti vaginoplasty dan labiaplasty dilakukan untuk mengoptimalkan atau mengembalikan fungsi vagina dan labia. Sementara operasi kosmetik adalah prosedur estetika untuk mengubah anatomi normal vagina. Ada perbedaan besar di sini, termasuk soal tujuannya.

Operasi vagina kerap kali dilakukan setelah pasien dan dokter berdiskusi tentang fungsi vagina yang tak lagi optimal, seperti kesulitan menahan buang air kecil (stress incontinence), mengurangi kondisi kering vagina hingga perubahan struktural vagina setelah persalinan.

Selain itu, juga ada penurunan fungsi vagina akibat penuaan, rasa sakit dan gatal di vagina serta rasa sakit saat berhubungan seksual. 

Di sisi lain, selalu ada risiko yang mungkin terjadi ketika seseorang menjalani operasi vagina. Bisa saja hasil akhirnya tidak sesuai dengan ekspektasi. Selain itu, ada kemungkinan terjadi infeksi, pendarahan, munculnya jaringan parut, hingga menurunnya sensitivitas vagina. Untuk itu, perlu pertimbangan matang-matang sebelum melakukan operasi vagina.

SEHATQ

Halaman

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."