Jelang Hari AIDS Sedunia, Begini Harapan Kemenkes

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
HIV/AIDS. REUTERS/Soe Zeya Tun

HIV/AIDS. REUTERS/Soe Zeya Tun

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Jelang Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia akan menggelar Hari HIV/AIDS Sedunia pada 30 Desember 2019 di Bandung, Jawa Barat. Penanganan dan pencegahan HIV/AIDS harus diperkuat di tingkat daerah.

Peringatan Hari Puncak AIDS dilakukan di Lapangan Gazibu, Bandung, yang salah satunya akan dilakukan pembuatan rekor Pita Merah MURI terbesar, yang terdiri dari minimal 4.000 orang pemeriksaan HIV, bakti sosial, dan hiburan.

Tema Global Hari AIDS Sedunia 2019 yaitu Communities Make the Difference. Tema ini dipilih karena dirasakan komunitas memberikan kontribusi yang sangat besar bagi respon AIDS.

Komunitas memimpin dan mendukung pemberian layanan HIV, membela hak asasi manusia, mendampingi dan mendukung rekan-rekan mereka. Mereka juga bekerja di akar rumput, memimpin, dan berkampanye untuk memastikan bahwa respons AIDS tetap relevan.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M.Kes., mengatakan Hari HIV/AIDS Sedunia mengedepankan peran daerah dalam pencegahan dan penanggulangan.

“Jabar menjadi tempat Puncak Hari HIV/AIDS kerena Pemerintah Daerah memahami betul dan mengedepankan koordinasi di tingkat lokal untuk upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS,” ucap dokter Anung.

Tema nasional yaitu Bersama Masyarakat Meraih Sukses! Upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS bertujuan untuk mewujudkan target Three Zero pada 2030, antara lain tidak ada lagi ada penularan infeksi baru HIV, kematian akibat AIDS, dan stigma dan diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Upaya yang terus dilakukan Pemerintah pada 2017 telah dicanangkan strategi Fast Track 90-90-90 yang meliputi percepatan pencapaian 90 persen orang mengetahui status HIV melalui tes atau deteksi dini, 90 persen dari ODHA yang mengetahui status HIV memulai terapi ARV, dan 90 persen ODHA dalam terapi ARV berhasil menekan jumlah virus sehingga mengurangi kemungkinan penularan HIV, serta tidak ada lagi stigma dan diskriminasi ODHA.

Dalam rangka mencapai target tersebut, Kementerian Kesehatan menerapkan strategi akselerasi Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan (STOP).

Suluh dilaksanakan melalui edukasi hendak dicapai 90 persen masyarakat paham HIV, Temukan dilakukan melalui percepatan tes dini akan dicapai 90 persen ODHA tahu statusnya, Obati dilakukan untuk mencapai 90 persen ODHA segera mendapat terapi ARV, Pertahankan yakni 90 persen ODHA yang ART tidak terdeteksi virusnya.

Selain itu, Kementerian Kesehatan melakukan akselerasi ARV dengan target pada 2020 sebanyak 258.340 ODHA mendapat terapi ARV. Saat ini baru 50 persen (17 provinsi) yang telah mencapai target ODHA on ART, yaitu Aceh, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Babel, Jabar, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Kalteng, Sulut, dan Gorontalo.

“Cita-cita tersebut tidak dapat tercapai tanpa dukungan lintas program, serta lintas masyarakat. Kesuksesan dapat terwujud dengan didukung akses layanan kesehatan berkualitas tinggi, upaya pencegahan, pendampingan, dan dukungan tanpa adanya stigma dan diskriminasi,” pungkas Anung.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."