Polusi Udara Ternyata Bisa Sebabkan Rambut Rontok

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi rambut rontok. Blic.rs

Ilustrasi rambut rontok. Blic.rs

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ada beragam penyebab rambut rontok, mulai dari gen sampai faktor lingkungan salah satunya polusi udara. Hal ini mungkin menjelaskan jika suatu saat warga Jakarta mengeluhkan rambut mereka rontok, mengingat Jakarta belakangan ini tercatat sebagai kota dengan level polusi yang tinggi.

Peneliti dari Future Science Research Center di Korea Selatan, Hyuk Chul Kwon dalam
makalahnya berjudul "Efek partikel pada papilla dermal manusia," menemukan efek materi partikulat pada sel di pangkal folikel rambut. Sel-sel ini disebut sel papilla dermal folikel (HFDPC).

Materi partikulat, adalah istilah untuk campuran partikel padat dan tetesan cairan, terbuat dari berbagai bahan kimia, yang dapat dihirup orang. Beberapa partikel ini menimbulkan risiko serius bagi kesehatan.

Dalam penelitiannya, Kwon dan koleganya mengekspos HFDPC ke partikel debu dan diesel PM10. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA), partikel PM10 adalah partikel yang bisa terhirup dengan diameter yang umumnya 10 mikrometer dan lebih kecil dari itu.

Setelah 24 jam, mereka memeriksa kadar protein setelah terpapar partikel menggunakan analisis Western blotting. Analisis tersebut mengungkapkan paparan PM10 dan partikel diesel menurunkan kadar protein beta-catenin untuk pertumbuhan rambut. Selain itu, debu dan PM10 menurunkan tingkat protein lain yakni cyclin D1, cyclin E, dan CDK2 yang menentukan pertumbuhan rambut dan retensi rambut.

"Sementara hubungan antara polusi udara dan penyakit serius seperti kanker, penyakit paru obstruktif kronis, dan penyakit kardiovaskular sudah kuat, hanya dedikit atau tidak ada penelitian tentang efek partikel paparan pada kulit manusia khususnya rambut," kata Kwon seperti dilansir dari Medical News Today.

Di seluruh dunia, sekitar 4,2 juta orang meninggal setiap tahun akibat pencemaran udara, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). WHO juga memperkirakan lebih dari 90 persen populasi dunia hidup di daerah yang terlalu tercemar. Serangan jantung, asma yang memburuk, detak jantung tidak teratur dan fungsi paru-paru yang lebih buruk hanyalah beberapa kondisi yang terkait dengan paparan berlebihan polusi pada
tubuh.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."