3 Cara Atasi Anak yang Tidak Suka Makan Sayur dan Buah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu dan anak makan sayur. shutterstock.com

Ilustrasi ibu dan anak makan sayur. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Salah satu gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak didapatkan dari sayur dan buah. Sayang, membiasakan anak untuk menyantap makanan sehat tersebut bukan tanpa halangan. Saat ini, beragam pilihan camilan dan santapan kemasan begitu mudah dijumpai – bahkan dipasarkan secara jitu untuk menyasar kalangan anak. Tak mengejutkan bila konsumsi sayur dan buah mereka pun kerap terabaikan.

Sejalan dengan kampanye ‘Eat Like A Pro’, Beko, Europe’s number 1 freestanding home appliances brand, mengajak orang tua untuk semakin memperhatikan asupan sehat bagi anak. Salah satunya dengan mempersiapkan camilan kaya gizi guna mendukung aktivitas harian dan pertumbuhan anak.

Country General Manager Beko Indonesia Ali Cagri Gonculer mengingatkan World Health Organization (WHO) menganjurkan jumlah konsumsi sayur dan buah pada anak sebanyak 5 porsi atau sekitar 400 gram setiap hari hari. Sayangnya, berdasarkan survei global Beko, hanya 1 dari 5 anak yang mengetahui jumlah porsi harian sayur dan buah yang direkomendasikan tersebut . Di Asia, rasionya jauh lebih buruk. Sementara di Indonesia, Riskesdas 2018 menyebut baru 5 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi sayur dan buah secara mencukupi.

"Padahal, manfaat konsumsi sayur dan buah sesuai anjuran tak bisa dipungkiri lagi. Dari menjaga kondisi tubuh, melancarkan pencernaan, hingga mencegah risiko berbagai Penyakit Tidak Menular, serta kondisi obesitas pada anak," kata Ali Cagri Gonculer dala keterangan pers yang diterima Tempo pada 1 Agustus 2019.

Masih banyak anak-anak yang enggan atau sama sekali menolak, menyantap sayur dan buah. Mereka menjadi ‘pemilih makanan’ dan hanya mau memakan yang disukai. Padahal, anak-anak membutuhkan beragam jenis sayur dan buah setiap hari guna menunjang kebutuhan tubuh dan aktivitas hariannya. Kebiasaan sedari dini menjadi faktor kunci yang berpengaruh kuat pada gemar dan tidak anak untuk menyantap sayur dan buah. Karenanya, memperkenalkan berbagai jenis buah atau sayur sebaiknya dilakukan sejak masa MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) atau usia 6-12 bulan.

Dengan demikian, pada usia berikutnya, anak lebih terbiasa dengan aroma dan cita rasa sayur dan buah sehingga bisa menggemarinya. Di sinilah peran orang tua semakin krusial. Tak hanya pemahaman dan ketelatenan, namun cara cerdik juga diperlukan untuk mengubah si ‘pemilih makanan’ menjadi ‘pencinta sayur dan buah’.

Ilustrasi anak makan buah dan sayur. Shutterstock

Chef ternama, Steby Rafael yang juga ayah dari seorang putra, berbagi taktik membuat anak menggemari sayur dan buah:

1. Potong buah segar (beraneka warna dan jenis) menjadi beberapa potongan kecil agar anak mudah untuk memakannya. Sajikan dengan kombinasi warna yang menarik dan sajikan dalam kondisi sejuk (masukkan ke dalam lemari es selama 20 menit sebelum disajikan).

2. Sajikan smoothies bowl dengan pugasan potongan buah segar yang ditata memikat – seperti meniru karakter kartun atau tampilan bunga, agar anak anak tertarik dan tergoda untuk menyantapnya.

3. Untuk memudahkan anak dalam mengonsumsi, smoothies dengan tekstur yang halus bisa menjadi alternatif. Mengombinasikan jenis buah dan sayur yang manis dan sedikit asam, serta memiliki warna-warna yang kontras bisa menciptakan daya tarik tersendiri bagi anak.

Vacuum Blender dari Beko mampu mencegah proses oksidasi, sehingga kandungan nutrisi sayur dan buah tetap tejaga. Ali mengatakan dengan dukungan peralatan rumah tangga berteknologi terdepan, serta keteguhan komitmen orang tua dalam membiasakan dan menyiapkan makanan sehat, timnya berharap kesadaran anak-anak untuk secara rutin mengonsumsi sayur dan buah semakin meningkat.

"Kami percaya, bermula dari pola makan yang sehat dan seimbang serta penerapan gaya hidup sehat, anak-anak Indonesia dapat meraih potensi terbaik dan meraih masa depan yang lebih cemerlang,” ucap Ali.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."