Wanita Hadapi Hambatan Sosial dan Hukum Saat Mencari Pekerjaan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi wanita karier atau bekerja. shutterstock.com

Ilustrasi wanita karier atau bekerja. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Wanita di seluruh memiliki lebih banyak hambatan untuk mendapatkan pekerjaan dibanding laki-laki. Berdasarkan riset dari World Bank Group pada tahun 2018, persentase pengangguran wanita lebih tinggi dibanding laki-laki secara global. Lebih dari 2,7 biliun perempuan tinggal di negara dengan hukum yang membatasi mereka untuk memiliki kesempatan pekerjaan yang sama dengan laki-laki.

Baca juga: 7 Hal Ini Lebih Penting buat Wanita Modern Dibanding Menikah

Masih dari riset tersebut, ada 104 hukum ekonomi yang membatasi wanita dari pilihan pekerjaan yang sama dengan laki-laki. Selain itu ada 18 hukum ekonomi yang memperbolehkan laki-laki untuk melarang istrinya bekerja.

“Padahal, di Amerika Serikat mereka melakukan sebuah riset yang menyatakan kalau perempuan memiliki jumlah bisnis yang sama dengan laki-laki, GDP (produk domestik bruto) negara akan naik 3 persen,” tutur Zeenia Faraz, Konsultan Senior Gender dan Inklusi British Council, dalam acara DICE (Developing Inclusive Creative Economies) Day, di Inggris, Rabu 22 Mei 2019.

Saat ini, banyak wanita yang belum bisa berkompetisi dengan laki-laki dengan pekerjaan karena semua batasan sosial dan hukum yang harus dihadapi. Selain itu, perempuan tidak mendapatkan kebebasan yang sama dengan laki-laki untuk bisa menjadi independen secara finansial.

Baca juga: Wanita Bahagia Lakukan 7 Hal Ini Sebelum Tidur

Contohnya, di beberapa negara perempuan masih belum bisa membeli rumah sendiri atau membuka bank tanpa persetujuan suami. Hal-hal tersebut membuat perempuan lebih kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dibanding laki-laki.


Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."